Minggu, 09 Desember 2018

Keseruan Turnamen Voli Antar Pedukuhan di Kampungku



Final Voli Putra antara Bantulan vs Potrowangsan
Hari itu bukan hari biasa di pedukuhanku. Hari itu adalah hari pembukaan Turnamen Voli Pekan Olahraga Desa (Pordes) Sidoarum 2018. Voli merupakan olahraga paling favorit di tempatku, Pedukuhan Kramat, layaknya sepak bola yang menjadi olahraga favorit di Brazil. Di tempatku, voli sudah menjadi bagian dari tradisi. Turnamen Voli selalu digelar pada tiap event hari kemerdekaan. Manusia seperti diriku, yang notabene tidak bisa main voli, turut meramaikan turnamen itu. Sayang sekali sudah empat kali aku mengikuti turnamen itu, aku sama sekali belum pernah mengantar timku menjadi juara.

Turnamen Voli Pordes Sidoarum 2018 menjadi ajang yang sangat ditunggu-tunggu di tempatku. Pesertanya tidak hanya berasal dari pedukuhanku saja, namun di pedukuhan sekitar yang masih berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Sidoarum, Godean, Sleman. Tentu saja karena seleksi yang ketat, dan juga karena tidak bisa main voli, aku tidak diikutsertakan untuk memperkuat pedukuhanku. Tapi karena pedukuhanku menjadi tuan rumah turnamen ini, masyarakat di tempatku bersama para anggota perkumpulan pemuda-nya, bahu-membahu untuk menyukseskan jalannya acara dari awal sampai akhir. Sebelum turnamen ini dimulai, kami sudah merenovasi lapangan voli agar terlihat lebih cantik dan bisa digunakan di malam hari. Renovasi itu sangat melelahkan, dan karena dilaksanakan tiap hari Minggu, pekerjaan itu merampas waktu hari libur kami.

Akhirnya saat yang dinanti-nanti tiba. Malam itu masyarakat desa berbondong ke lapangan voli, ingin melihat langsung pertandingan perdana dan juga acara pembukaan turnamen yang dibuka langsung oleh pak lurah kami, Bapak Ganefo Sugiarto. Acara berlangsung sederhana. Tak ada peragaan tarian, tak ada pembawaan lagu, dan tak ada pula pesta kembang api. Apalagi waktu itu hujan gerimis. Para perwakilan dari tiap tim bola voli hadir dan berbaris dan memberi tepuk tangan serentak saat turnamen resmi dibuka oleh pak lurah. Setelah acara pembukaan selesai, acara dilanjutkan dengan partai eksibisi antara Pemerintah Kecamatan Godean melawan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Singkat cerita, pertandingan eksebisi itu selesai. Siapa menang siapa kalah tak berpengaruh apapun pada turnamen itu. Setelah pertandingan itu, barulah partai perdana turnamen voli Pordes Sidoarum 2018 dimulai.

Partai itu mempertemukan tim bola voli putra dari Pedukuhan Tinom melawan tim voli putra dari Pedukuhan Cokrokonteng. Sebenarnya partai perdana adalah laga bola voli putri antara dua pedukuhan tersebut. Tapi keduanya sama-sama tidak hadir, maka langsunglah diselenggarakan pertandingan putra.

Tim voli putra Pedukuhan Tinom memenangkan pertandingan itu dengan skor set 3-0. Cukup telak dan tak ada perlawanan dari Cokrokonteng. Tim Cokrokonteng berdalih kekalahan itu disebabkan karena mereka tidak punya lapangan yang bisa digunakan untuk latihan voli. Hal ini terlihat dari cara mereka bermain. Mereka sering menggunakan kaki untuk menangkis bola.

Di hari kedua, penonton yang datang jauh lebih banyak. Apabila pada hari pertama banyak bangku penonton yang kosong karena hujan gerimis turun, di hari kedua ini, banyak penonton yang harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Pertandingan pertama mempertemukan tim putri Pedukuhan Potrowangsan melawan tim putri Pedukuhan Sebaran. Diriku yang bertindak sebagai fotografer memotret masing-masing tim. Tim dari Potrowangsan didominasi oleh ibu-ibu, sedangkan tim dari Sebaran didominasi oleh cewek-cewek ABG dan SMA. Tentu sebuah keberuntungan bagiku diberi kewenangan untuk memotret mereka.    

Masing-masing dari anggota tim tersenyum di depan kameraku. Aku kemudian melihat lagi hasil foto tim putri Sebaran yang didominasi cewek-cewek ABG. Foto cantik mereka membuat dadaku berdebar dan kemudian menjadi sesak nafas. Aku merasa beruntung bisa menyimpan foto mereka.  
Ternyata cewek-cewek ABG itu tak hanya pandai berpose di depan kamera, mereka juga hebat dalam bermain voli. Walaupun masih melakukan banyak kesalahan, tapi kesalahan yang dibuat tim lawan lebih banyak. Tim putri Sebaran memenangkan pertandingan dengan skor set akhir 3-1.

Pertandingan berikutnya mempertemukan dua tim voli putra dengan pedukuhan yang sama, Potrowangsan dan Sebaran. Pertandingan ini dimenangkan tim Potrowangsan dengan skor set 3-1.
Malam hari setelah pertandingan, ada pesan di akun Instagram kelompok pemuda yang aku kelola. Ternyata akun seorang cewek. Dia minta tolong dikirimi foto-foto pertandingan voli tadi. Tak salah lagi, dia adalah salah satu anggota tim putri Sebaran. Tak hanya dia, tapi kemudian anggota tim yang lain minta dikirimi foto. “Min, minta kirimin fotonya dong,” begitulah kira-kira isi pesannya. Akupun minta dia menunggu. Setelah itu aku segera memindahkan foto dari memori kameraku ke notebook, dan kemudian ke micro sd handphone-ku. Setelah itu aku baru bisa mengirim foto ke dia.

***

Aku ambil bagian dalam susunan panitia acara Turnamen Voli Pordes Sidoarum 2018 ini. Aku kebagian menjadi seksi dokumentasi alias fotrografer dan juga update di sosial media Instagram kelompok pemuda tentang acara ini. Sebenarnya yang terakhir itu adalah inisiatifku pribadi. Akun Instagram kelompok pemuda-ku sudah lama tidak aktif. Kini tugasku-lah untuk menghidupkannya kembali.

Maka saat turnamen itu akan dimulai, aku sering membuat Instastory yang berkaitan dengan turnamen itu. Begitu pula saat hari pertandingan. Aku akan membuat Instastory bagaimana kondisi lapangan, semeriah apa pertandingannya, tim mana saja yang akan bertanding, dan skor akhir tim yang bertanding itu. Jadi, dalam event ini aku ingin akun Instagram yang aku kelola ini menjadi Official Instagram Accouunt for Turnamen Voli Pordes Sidoarum 2018. Aku juga menambahkan tagar #pordessidoarum2018 dalam setiap postinganku terkait turnamen itu.

Dengan ini aku sebenarnya berharap kelompok pemuda kami, Taruna Bhakti, bisa terkenal sampai ke pedukuhan lain. Walau bagaimanapun kami sudah lelah-lelah kerja bakti untuk menyukseskan acara ini. Kami ingin jerih payah kami diapresiasi. Hasilnya memang terlihat, ada orang yang entah siapa mem-follow Instagram kami. Ada pula kelompok pemuda dari pedukuhan lain yang mem-follow. Hari demi hari follower akun Instagram itu terus bertambah. Hal ini membuatku merasa senang.

Begitulah ketika banyak orang yang mem-follow, mereka mengharapkan follow back. Mereka tidak akan mau mem-follow akun yang tidak memberi tambahan follower pada akun mereka. Saat tim dari Sebaran mengirim pesan untuk meminta foto-foto tim mereka bertanding, aku minta dia untuk mem-follow akun instagram-ku terlebih dulu. Kedua pemain putri itu punya follower yang banyak di Instagram. Tidak banyak sih, jumlahnya sekitar 1000-an, namun angka itu jauh lebih banyak dari jumlah following-nya. Di sini aku tidak mengerti mengapa jumlah follower dan following bisa sejomplang itu padahal dia sendiri tidak banyak posting di Instagram.

Begitulah di hari-hari selanjutnya. Aku lebih banyak membuat Instastory pada tiap pertandingan. Sejujurnya ini bukan pekerjaan yang aku senangi. Aku bukan tipe orang yang bisa aktif di sosial media. Tapi demi acara ini aku harus memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang bukan diriku.
Sementara itu turnamen itu sendiri berlangsung lancar. Hari ketiga, hari keempat, hari kelima, bisa kami lalui tanpa ada kendala. Karena tidak turun hujan, acara selalu didatangi oleh banyak penonton. Mereka tidak hanya datang dari pedukuhanku saja, namun dari pedukuhan lain. Bahkan mungkin juga ada yang datang jauh-jauh dari negara lain. Ini tentu menjadi keuntungan buat panitia. Mereka datang dengan motor pribadi masing-masing dan tiap motor dikenai tarif Rp 5.000. Makin banyak penonton yang datang menggunakan motor, makin banyaklah kami mendapatkan uang.

Tidak ada pertandingan yang tidak seru. Semua tim bermain dengan keinginan menang. Walaupun kemampuan bermain voli mereka masih banyak yang memprihatinkan, mereka memperlihatkan komitmen, dedikasi, dan semangat juang untuk memperoleh kemenangan. Pada akhirnya tim terbaiklah yang menang. Tim Putra Pedukuhan Kramat dari tempatku berhasil mememangkan pertandingan pertama dan berhak maju ke semifinal. Di semifinal, mereka ditantang tim putra Bantulan. Pertandingan antara Kramat dan Bantulan sungguh seru. Bahkan merupakan pertandingan paling seru dalam turnamen itu. Pendukung dari Bantulan banyak yang datang untuk memberi semangat pada tim kesayangan mereka. Sayangnya dan ini yang bikin kesel, mereka suka mengintimidasi tim lawan dan juga wasit. Dalam pertandingan itu kedua tim bergantian memenangkan set, sehingga pertandingan harus ditentukan di set yang kelima. Tim Bantulan memenangkan set yang kelima. Mereka maju ke final.

Tim pedukuhan kami kalah. Kami sedih. Tapi kami tidak marah. Ke depan kami akan tampil lebih baik lagi. Dan semoga tahun depan aku bisa memperkuat pedukuhanku dan membawa Kramat ke puncak kejayaan. Amin.

***

Setelah berjalan selama sebelas hari dengan 4 kali hari libur, Turnamen Voli Pordes Sidoarum 2018 selesai digelar. Tim voli putra Bantulan dan tim voli putri Kramat meraih juara untuk kategorinya masing-masing. Selama pegelaran turnamen itu, ada banyak hal menarik buatku. Pada pertandingan semifinal voli putra antara tim Potrowangsan melawan Tinom, laga digelar pukul setengah dua belas malam dan baru selesai sekitar pukul satu dini hari. Pertandingan itu diwarnai peristiwa mati lampu yang membuat laga sempat tertunda.

Selain itu pernah ada momen di mana para gadis-gadi ABG Sebaran datang mengerubungiku. Mereka tentu tidak datang untuk rebutan minta dinikahin. Mereka datang untuk sama-sama memprotes ketidakjelasan jadwal pertandingan. Aku sebelumnya bilang pada salah satu dari mereka melalui direct message di Instagram bahwa laga final voli putri akan dilangsungkan pada malam Senin. Tapi mereka minta laga dilangsungkan malam Minggu. Mereka beralasan pada malam Senin mereka tidak bisa bertanding karena harus mempersiapkan ujian sekolah keesokan harinya. Walau bagaimanapun, sebagus apapun mereka bermain voli, bagi mereka pendidikan tetap nomor satu. Untuk masalah ini aku kemudian mempertemukan mereka dengan ketua panitia. Akhirnya ketua panitia menyetujui permintaan mereka mengadakan laga final pada malam Minggu. Namun dalam final itu, mereka kalah tiga set langsung oleh tim voli Kramat.  

Tapi terlepas dari siapa yang juara dan siapa yang tidak juara, aku salut kepada panitia yang menyelenggarakan acara ini. Mereka rela mengorbankan waktu di malam hari selama tujuh hari tanpa keluh kesah. Dan terlebih lagi pada teman-temanku di perkumpulan pemuda Taruna Bhakti, kalian luar biasa!

Berikut ini beberapa foto dokumentasi turnamen ini!

Para penonton yang berdiri di pinggir lapangan untuk menyaksikan pertandingan voli


Tim Voli Putri Bantulan
Tim Voli Putri Bantulan dan Kramat berfoto bersama



Smash dari pemain voli putra Kramat

Keceriaan anak-anak menonton pertandingan Voli

Tim voli putri Sebaran

Girls in action
Panitia juga pengen eksis dong!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...