Bagian Ujung Pantai Parangtritis |
Aku
meninggalkan Parangkusumo untuk menuju ke bukit tempat makam Syekh Maulana
Maghribi berada. Namun sebelum itu aku mampir ke Pantai Parangtritis. Karena
bukan weekend, Pantai Parangtritis
cukup sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang terlihat di sana. Namun suasana
itu malah membuatku merasa lebih leluasa menjelajahi garis pantai. Aku
menyusuri pantai sampai ke ujung timur, sampai ke tebing tinggi yang menandai
sebuah akhir dari garis pantai.
Hembusan
angin menerpaku saat aku berjalan menuju ujung pantai. Siang itu matahari tidak
bersinar. Aku berjalan di atas pasir kecoklatan dan sesekali melewati muara
sungai kecil. Muara sungai itu kedalamannya hanya seukuran mata kaki. Rasanya
seru sekali kalau bisa bermain air di sana tanpa harus takut menelan air laut
yang asin.
Sampai
di ujung pantai, aku menemukan sekitar empat orang anak bermain di batu karang
sambil bertelanjang dada. Ada pula sepasang suami istri yang sedang berjalan
bersama. Setelah itu aku berjalan balik, kembali ke tempat parkir, dan beranjak
pergi dari sana.
Tangga menuju makam |
Aku
pergi menuju makam Syekh Maulana Maghribi. Untuk menuju ke sana, aku harus
mendaki sebuah bukit, melewati ratusan anak tangga yang tentu tak bisa dilewati
motor. Aku memarkirkan motorku di depan sebuah toko kelontong yang tutup dan
kemudian berjalan menaiki anak tangga.
Singkat
cerita, setelah melewati ratusan anak tangga hingga kaki ini serasa hampir tak
mampu digerakkan lagi, sampailah aku di depan makam Syekh Maulana Maghribi.
Makam ini dijaga oleh seorang abdi dalem. Abdi dalem itu menutupi kepalanya
dengan blangkon, mengenakan seragam biru dongker berlengan panjang, dan untuk
bawahan ia mengenakan kain sarung bercorak batik. Ia mempersilahkanku untuk
langsung masuk ke sebuah rumah yang menjadi tempat jenazah Syekh Maulana
Maghribi disemayamkan.
Pendopo Makam Syekh Maulana Maghribi |
Ruangan itu terasa nyaman karena sudah dilengkapi kipas angin. Di dalamnya terdapat keranda besar yang konon di dalamnya bersemayam raga Syekh Maulana Maghribi. Aku mengambil sebuah Al Qur’an dan kemudian membaca beberapa ayat di samping keranda itu. saat aku membaca Al Qur’an, datang beberapa peziarah yang sepertinya masih sekeluarga. Dengan dipimpin seorang lelaki paruh baya, mereka mengucapkan do’a kepada Yang Maha Kuasa untuk kebaikan Syekh Maulana Maghribi. Aku meninggalkan ruangan sebelum mereka selesai berdo’a.
Sebelum
menuruni tangga dan kembali ke tempatku memarkirkan motor, aku mampir ke sebuah
warung yang letaknya tak sampai 10 meter dari gapura makam. Si pemilik warung
tak hanya menjual minuman, namun juga sebuah buku tentang sejarah Syekh Maulana
Maghribi. Sambil menikmati kopi instan, aku membaca buku sejarah Syekh Maulana
Maghribi di warung itu.
Sebenarnya
Siapa itu Syekh Maulana Maghribi? Apakah dia orang ketiga dalam hubungan asmara
Panembahan Senopati dengan Nyai Roro Kidul?
***
Konon,
Syekh Maulana Maghribi adalah seorang pedagang Arab yang juga seorang penyebar
agama Islam. Pada suatu hari, dia sampai di sebuah tempat yang kini diberi nama
Parangtritis. Waktu dia tiba di sana, Parangtritis adalah daerah tempat Begawan
Selopawening dan para pengikutnya menetap. Begawan Selopawening adalah putra
Prabu Brawijaya yang tak lain dan tak bukan adalah Raja Majapahit. Dia pergi
dari Majapahit ke Parangtritis untuk menyebarkan ajaran Buddha. Waktu Syekh
Maulana Maghribi tiba di sana, Begawan Selopawening sudah tinggal menetap
bersama para pengikutnya. Untuk itu ia minta izin kepada Begawan Selopawening untuk
menyebarkan ajaran Islam dan memintanya secara terang-terangan untuk masuk
Islam. Begawan Selopawening bersedia dengan syarat Syekh Maulana Maghribi bisa
menandingi atau mengalahkan kesaktiannya.
Singkat
cerita akhirnya mereka saling beradu kesaktian dalam sebuah pertandingan
memancing. Begawan Selopawening diberi kesempatan pertama kali untuk menangkap
ikan. Dengan tenang ia melemparkan mata pancingnya ke Sungai Opak dan dalam
waktu singkat ia sudah berhasil mendapatkan ikan yang cukup besar. Kemudian
giliran Syekh Maulana Maghribi. Hampir sama dengan Begawan Selopawening, dalam
waktu yang singkat Syekh Maulana Maghribi mendapatkan ikan yang besar, namun ikan
itu diperoleh dalam kondisi yang telah dimasak sampai matang dan siapa saja
yang menyaksikan pertandingan itu boleh memakannya.
Begawan
Selopawening mengakui bahwa Syekh Maulana Maghribi lebih kuat dari dirinya,
namun ia tetap tidak mau masuk Islam. Sebagai gantinya ia menyerahkan padepokan
tempat ia tinggal kepada Syekh Maulana Maghribi dan kemudian pindah ke tempat
lain. Kemudian padepokan itu diubah oleh Syekh Maulana Maghribi menjadi pondok
pesantren. Di sana ia tak hanya mengajarkan Islam, namun juga Ilmu Kanuragan.
***
Saat
aku menutup buku cerita tentang Syekh Maulana Maghribi itu, adzan Ashar
terdengar dari kejauhan. Aku sekarang sadar bahwa beliau tak memiliki peran
apapun dalam hubungan Panembahan Senopati dengan Nyai Roro Kidul. Kisah Syekh
Maulana Maghribi di atas sebenarnya terjadi pada masa yang berbeda dari
Panembahan Senopati, mungkin ratusan tahun sebelum Panembahan Senopati Lahir.
Pemandangan Pantai Parangtritis dari atas bukit |
Terdapat
sebuah bangunan kecil yang dipakai menjadi musholla di depan warung tempatku
nongkrong. Selesai menghabiskan minuman, aku langsung mengambil air wudhu dan
masuk ke dalam musholla untuk menunaikan Sholat Ashar. Selesai Sholat Ashar,
aku langsung menuju ke belakang musholla. Dari sana aku bisa melihat garis pantai
yang membatasi lautan dengan daratan yang dipenuhi rumah-rumah penduduk.
Pemandangan itu mengingatkanku pada foto udara rumah-rumah penduduk di pinggir
pantai setelah terjadi Tsunami di Aceh. Mungkin bila terjadi Tsunami di sana,
rumah-rumah itu akan luluh lantak dengan sekejap. Tempatku berdiri saat itu
menjadi tempat evakuasi Tsunami karena letaknya yang berada di ketinggian. Aku
sendiri berharap bencana seperti itu tidak terjadi walaupun itu bukanlah
sesuatu yang bisa dicegah.
Setelah
memandang daratan dan lautan dari ketinggian, aku segera berjalan menuruni
tangga, menuju motorku yang terparkir pada sebuah toko kelontong yang tutup. Sampai
di motor, aku melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang tersembunyi. Tempat
apakah itu? nantikan kisah selanjutnya di part 6 J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar