Rabu, 30 Mei 2018

My Valentine Trip Part 5

Bagian Ujung Pantai Parangtritis









Aku meninggalkan Parangkusumo untuk menuju ke bukit tempat makam Syekh Maulana Maghribi berada. Namun sebelum itu aku mampir ke Pantai Parangtritis. Karena bukan weekend, Pantai Parangtritis cukup sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang terlihat di sana. Namun suasana itu malah membuatku merasa lebih leluasa menjelajahi garis pantai. Aku menyusuri pantai sampai ke ujung timur, sampai ke tebing tinggi yang menandai sebuah akhir dari garis pantai.

Hembusan angin menerpaku saat aku berjalan menuju ujung pantai. Siang itu matahari tidak bersinar. Aku berjalan di atas pasir kecoklatan dan sesekali melewati muara sungai kecil. Muara sungai itu kedalamannya hanya seukuran mata kaki. Rasanya seru sekali kalau bisa bermain air di sana tanpa harus takut menelan air laut yang asin.
Sampai di ujung pantai, aku menemukan sekitar empat orang anak bermain di batu karang sambil bertelanjang dada. Ada pula sepasang suami istri yang sedang berjalan bersama. Setelah itu aku berjalan balik, kembali ke tempat parkir, dan beranjak pergi dari sana.

Tangga menuju makam
Aku pergi menuju makam Syekh Maulana Maghribi. Untuk menuju ke sana, aku harus mendaki sebuah bukit, melewati ratusan anak tangga yang tentu tak bisa dilewati motor. Aku memarkirkan motorku di depan sebuah toko kelontong yang tutup dan kemudian berjalan menaiki anak tangga.

Singkat cerita, setelah melewati ratusan anak tangga hingga kaki ini serasa hampir tak mampu digerakkan lagi, sampailah aku di depan makam Syekh Maulana Maghribi. Makam ini dijaga oleh seorang abdi dalem. Abdi dalem itu menutupi kepalanya dengan blangkon, mengenakan seragam biru dongker berlengan panjang, dan untuk bawahan ia mengenakan kain sarung bercorak batik. Ia mempersilahkanku untuk langsung masuk ke sebuah rumah yang menjadi tempat jenazah Syekh Maulana Maghribi disemayamkan.
Pendopo Makam Syekh Maulana Maghribi 

Ruangan itu terasa nyaman karena sudah dilengkapi kipas angin. Di dalamnya terdapat keranda besar yang konon di dalamnya bersemayam raga Syekh Maulana Maghribi. Aku mengambil sebuah Al Qur’an dan kemudian membaca beberapa ayat di samping keranda itu. saat aku membaca Al Qur’an, datang beberapa peziarah yang sepertinya masih sekeluarga. Dengan dipimpin seorang lelaki paruh baya, mereka mengucapkan do’a kepada Yang Maha Kuasa untuk kebaikan Syekh Maulana Maghribi. Aku meninggalkan ruangan sebelum mereka selesai berdo’a.

Sebelum menuruni tangga dan kembali ke tempatku memarkirkan motor, aku mampir ke sebuah warung yang letaknya tak sampai 10 meter dari gapura makam. Si pemilik warung tak hanya menjual minuman, namun juga sebuah buku tentang sejarah Syekh Maulana Maghribi. Sambil menikmati kopi instan, aku membaca buku sejarah Syekh Maulana Maghribi di warung itu.

Sebenarnya Siapa itu Syekh Maulana Maghribi? Apakah dia orang ketiga dalam hubungan asmara Panembahan Senopati dengan Nyai Roro Kidul?

***
Konon, Syekh Maulana Maghribi adalah seorang pedagang Arab yang juga seorang penyebar agama Islam. Pada suatu hari, dia sampai di sebuah tempat yang kini diberi nama Parangtritis. Waktu dia tiba di sana, Parangtritis adalah daerah tempat Begawan Selopawening dan para pengikutnya menetap. Begawan Selopawening adalah putra Prabu Brawijaya yang tak lain dan tak bukan adalah Raja Majapahit. Dia pergi dari Majapahit ke Parangtritis untuk menyebarkan ajaran Buddha. Waktu Syekh Maulana Maghribi tiba di sana, Begawan Selopawening sudah tinggal menetap bersama para pengikutnya. Untuk itu ia minta izin kepada Begawan Selopawening untuk menyebarkan ajaran Islam dan memintanya secara terang-terangan untuk masuk Islam. Begawan Selopawening bersedia dengan syarat Syekh Maulana Maghribi bisa menandingi atau mengalahkan kesaktiannya.

Singkat cerita akhirnya mereka saling beradu kesaktian dalam sebuah pertandingan memancing. Begawan Selopawening diberi kesempatan pertama kali untuk menangkap ikan. Dengan tenang ia melemparkan mata pancingnya ke Sungai Opak dan dalam waktu singkat ia sudah berhasil mendapatkan ikan yang cukup besar. Kemudian giliran Syekh Maulana Maghribi. Hampir sama dengan Begawan Selopawening, dalam waktu yang singkat Syekh Maulana Maghribi mendapatkan ikan yang besar, namun ikan itu diperoleh dalam kondisi yang telah dimasak sampai matang dan siapa saja yang menyaksikan pertandingan itu boleh memakannya.

Begawan Selopawening mengakui bahwa Syekh Maulana Maghribi lebih kuat dari dirinya, namun ia tetap tidak mau masuk Islam. Sebagai gantinya ia menyerahkan padepokan tempat ia tinggal kepada Syekh Maulana Maghribi dan kemudian pindah ke tempat lain. Kemudian padepokan itu diubah oleh Syekh Maulana Maghribi menjadi pondok pesantren. Di sana ia tak hanya mengajarkan Islam, namun juga Ilmu Kanuragan.

***
Saat aku menutup buku cerita tentang Syekh Maulana Maghribi itu, adzan Ashar terdengar dari kejauhan. Aku sekarang sadar bahwa beliau tak memiliki peran apapun dalam hubungan Panembahan Senopati dengan Nyai Roro Kidul. Kisah Syekh Maulana Maghribi di atas sebenarnya terjadi pada masa yang berbeda dari Panembahan Senopati, mungkin ratusan tahun sebelum Panembahan Senopati Lahir.  
Pemandangan Pantai Parangtritis dari atas bukit

Terdapat sebuah bangunan kecil yang dipakai menjadi musholla di depan warung tempatku nongkrong. Selesai menghabiskan minuman, aku langsung mengambil air wudhu dan masuk ke dalam musholla untuk menunaikan Sholat Ashar. Selesai Sholat Ashar, aku langsung menuju ke belakang musholla. Dari sana aku bisa melihat garis pantai yang membatasi lautan dengan daratan yang dipenuhi rumah-rumah penduduk. Pemandangan itu mengingatkanku pada foto udara rumah-rumah penduduk di pinggir pantai setelah terjadi Tsunami di Aceh. Mungkin bila terjadi Tsunami di sana, rumah-rumah itu akan luluh lantak dengan sekejap. Tempatku berdiri saat itu menjadi tempat evakuasi Tsunami karena letaknya yang berada di ketinggian. Aku sendiri berharap bencana seperti itu tidak terjadi walaupun itu bukanlah sesuatu yang bisa dicegah.

Setelah memandang daratan dan lautan dari ketinggian, aku segera berjalan menuruni tangga, menuju motorku yang terparkir pada sebuah toko kelontong yang tutup. Sampai di motor, aku melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang tersembunyi. Tempat apakah itu? nantikan kisah selanjutnya di part 6 J    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...