Rabu, 13 Maret 2019

Jalan-Jalan Bareng Jama'ah Pengajian




Pada pertengahan Januari kemarin, aku mendapat kesempatan untuk menemani para santri Pendidikan Al-Qur’an Usia Lanjut (PAUL) dan para jama’ah Pengajian Minggu Pagi bertamasya ke Semarang. Aku merasa senang karena bisa jalan-jalan gratis. Tak hanya gratis naik bus, tapi juga gratis snack dan makan siang serta gratis masuk obyek wisata yang akan dikunjungi. Dalam acara itu, aku kebagian tugas untuk menjadi seorang dokumentator. Aku menggunakan kameraku sendiri dalam menjalankan tugasku ini.

Saat aku berangkat dari rumah, hujan turun sangat deras. Matahari seakan enggan untuk memancarkan sinarnya. Sampai para peserta sudah banyak yang berkumpul di masjid-pun, hujan masih turun dengan deras. Oleh karena itu kami harus diantar menggunakan mobil menuju tempat pemberhentian bus yang berada di jalan raya. Jarak antara masjid dengan jalan raya sekitar 300 meter.

Mayoritas peserta adalah ibu-ibu dan bapak-bapak. Beberapa peserta membawa anak-anak mereka yang masih remaja. Selain itu, ada pula beberapa panitia dari muda-mudi masjid yang ikut serta.
Perjalanan dari Jogja ke Semarang tidak menemui kendala berarti. Kami hampir tidak pernah kena macet sepanjang perjalanan. Para peserta dalam perjalanan itu dibagi dalam dua bus. Para santri PAUL berada di bus pertama, sedangkan para jama’ah pengajian Minggu Pagi berada di bus kedua. Aku sendiri berada di bus kedua bersama para jama’ah pengajian Minggu Pagi.

Suasana jalan yang basah selama perjalanan menuju Semarang
Para peserta mengisi waktu perjalanan dengan mendengarkan pengajian yang diputar melalui DVD Player yang terdapat di dalam bus. Karena semalam belum tidur, aku sebisa mungkin memejamkan mata walaupun tempat di mana aku duduk sungguh bukan tempat yang nyaman. Aku duduk di kursi bagian depan sendiri, persis berada di antara tempat duduk supir dan pintu masuk penumpang bagian depan. Bila aku terjaga, aku pasti akan selalu melihat kendaraan lalu lalang di depan bus. Apabila bus mengambil jalur lain untuk menyalip kendaraan, aku bisa ikut deg-degan apakah ada kendaraan dari arah berlawanan atau tidak. Hal itu tentu menjadi kendala bagiku yang harus mencuri-curi waktu buat tidur ini.

Kami berhenti sekali di pom bensin di daerah Magelang. Bus berhenti untuk memberi kesempatan pada para jama’ah untuk buang air di toilet. Setelah itu, tidak ada pemberhentian lagi sampai bus tiba di tempat kunjungan pertama kami, Obyek Wisata Fatima Zahra Semarang. Tempat ini dapat dicapai setelah kami menempuh perjalanan selama 3 jam 45 menit.

Ibu DIna islmaiyah menjelaskan tentang Hajar Aswad
Fatima Zahra didesain bagi para wisatawan yang ingin manasikhaji. Hampir semua replika bangunan-bangunan terkait haji ada di sana. Mulai dari kantor imigrasi, pertokoan di kota Makkah, Ka’bah, Jabal Rahmah, Masjid Nabawi, dll. Para peserta tamasya ini mengadakan manasik haji di sana. Kami berjalan mulai dari kantor imigrasi, melewati toko-toko, dan kemudian sampailah kami di hadapan replika Ka’bah. Di sana kami mengadakan simulasi keliling Ka’bah 7 kali dan kemudian berpindah ke jalur Sa’i. Rombongan peserta itu dipimpin oleh Ibu Hj. Dina Islamiyah. Dari Jalur Sa’i, peserta diarahkan menuju Masjid Nabawi. Tapi untuk menuju ke sana, kami harus melewati tempat terbuka yang saat itu diguyur hujan deras. Bagi yang membawa payung, mereka bisa langsung masuk ke Masjid Nabawi. Namun bagi yang tidak membawa payung, mereka harus menunggu sampai hujan reda. 

Replika Masjid Nabawi tentu tidak sebesar dan semegah Masjid Nabawi yang asli.Di dalamnya hanya terdapat barang-barang replika yang dianggap merepresentasikan barang-barang asli yang ada di tempat aslinya. Dua sisi temboknya merupakan cermin yang amat besar. Di dalam replika masjid itu, Ibu Dina Islamiyah bercerita tentang tiap bagian masjid beserta sejarahnya. Aku tak mendengarkan penjelasan dari Ibu Dina Islamiyah karena saat itu aku menjaga baterei kameraku yang sedang di-charge. 

Setelah dari Replika Masjid Nabawi, peserta diarahkan menuju ke Jabal Rahmah. Di atas replika Jabal Rahmah, para peserta rela berfoto walau hujan masih turun. Aku juga terpaksa berhujan-hujan untuk mengambil foto para peserta yang pengen narsis itu. Setelah dari Jabal Rahmah, peserta kemudian bergerak ke replika tenda-tenda di Mina. Di sana juga disediakan tempat melempar jumroh.

Selesai acara melempar jumroh, para peserta dipersilahkan untuk beristirahat. Mereka kemudian menyerbu stand jajanan yang ada di sana. Aku memesan segelas teh hangat sekaligus numpang nge-charge baterai kamera di salah satu stand jajanan. Sejujurnya aku tidak akan jajan kalau tidak demi mendapat kesempatan buat nge-charge baterai kamera di sana.

Setelah istirahat selesai, peserta kembali ke bus. Saat itu hujan telah reda. Kami beralih ke tujuan selanjutnya, Taman Maerokoco. Bila Fatima Zahra terletak di Semarang bagian selatan yang berada di daerah perbukitan, Taman Maerokoco terletak di Semarang bagian utara yang berbatasan langsung dengan laut. Bus sempat nyasar di sebuat perumahan saat menuruni bukit. Bus kemudian berbalik arah dan melewati pusat kota, melintas di depan trademark Kota Semarang diantaranya; Lawang Sewu dan Tugu Muda; melintasi perlintasan kereta api; dan kemudian barulah sampai di Taman Maerokoco.
Foto bersama di Taman Maerokoco

Taman Maerokoco berada di tengah daerah bakau. Bila kamu turun dari bus dan kemudian berjalan kaki memasuki kawasan itu, kamu akan terlebih dulu melintasi sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sebuah sungai yang penuh sampah dan bau ikan. Lalu kamu akan memasuki kawasan Maerokoco yang pada tiap hari libur akan ramai pengunjung.

Kami sempatkan diri foto bersama terlebih dahulu sebelum memasuki Taman Maerokoco. Setelah sesi foto berakhir, kami masuk ke obyek wisata itu. Taman Maerokoco ternyata merupakan taman budaya milik pemerintah Jawa Tengah yang di dalamnya terdapat replika-replika rumah bangunan adat berbagai kabupaten di Jawa Tengah. Selain itu ada juga replika kenampakan alam yang ada di provinsi itu seperti Gunung Merapi dan Gunung Slamet.

Langit sore memayungi kami yang asyik menjelajahi tiap jengkal setapak yang ada di Maerokoco. Matahari tidak bersinar terik. Angin pantai berhembus. Di langit tampak burung-burung berterbangan. Saat itulah sesi foto dilanjutkan. Aku mengambil foto tiap peserta yang ikut dalam acara wisata itu, mulai dari para sesepuh, gerombolan ibu-ibu, bapak-bapak, pasangan suami istri, sampai para muda mudi. Spot favoritku berada di tepi danau kecil. Dan foto favoritku adalah saat para mudi-mudi duduk berjejer di tepi danau sambil menghadap kamera.

Kami kembali ke bus sekitar pukul empat. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh-oleh. Awalnya tujuan kami adalah pusat oleh-oleh yang berada di kawasan Kota Lama. Tapi waktu itu jalan menuju tempat itu ditutup sehingga kami harus mengubah tujuan kami menuju pusat oleh-oleh yang berada di Jalan Kaligawe.

Di sana para peserta turun dan membeli oleh-oleh. Aku membeli bungkusan bandeng presto pesanan ibuku. Bus dijadwalkan berhenti sampai jam 5. Setelah itu bus berangkat menempuh perjalanan pulang.

Perjalanan pulang
Berbeda dibandingkan perjalanan menuju Semarang, perjalanan pulang kali ini melewati jalan tol. Jalan tol yang kami lalui memiliki pemandangan eksotis. Selain itu kami juga melewati banyak jembatan panjang dan jalannya naik turun. Langit senja menaungi perjalanan kami. Lampu-lampu mobil yang lalu lalang mulai dinyalakan. Tampak dari jauh lampu rumah-rumah penduduk yang berada di kaki bukit mulai dinyalakan.

Bus sempat berhenti di daerah Jambu untuk memberi kesempatan pada peserta menunaikan Sholat Maghrib. Langit telah gelap saat bus beranjak meninggalkan Jambu. Akhirnya kami tiba kembali di titik keberangkatan pukul setengah sembilan malam. Dari sana para peserta melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.   

Berikut ini foto-foto perjalanannya!!
Berfoto bersama di depan bus
Si ibu ini emang anti mati gaya :)
Girls in action
ibuk-ibuk juga gak mau kalah action dong :)
Girls in action part 2
Ngeksis di tengah hujan
Memandang nun jauh di sana berdua





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...