Pada
pertengahan Januari kemarin, aku mendapat kesempatan untuk menemani para santri
Pendidikan Al-Qur’an Usia Lanjut (PAUL) dan para jama’ah Pengajian Minggu Pagi
bertamasya ke Semarang. Aku merasa senang
karena bisa jalan-jalan gratis. Tak hanya gratis naik bus, tapi juga gratis
snack dan makan siang serta gratis masuk obyek wisata yang akan dikunjungi. Dalam acara itu, aku kebagian tugas untuk menjadi
seorang dokumentator. Aku menggunakan kameraku sendiri dalam menjalankan
tugasku ini.
Saat
aku berangkat dari rumah, hujan turun sangat deras. Matahari seakan
enggan untuk memancarkan sinarnya. Sampai para peserta sudah banyak
yang berkumpul di masjid-pun, hujan masih turun dengan deras. Oleh karena itu kami harus diantar
menggunakan mobil menuju tempat pemberhentian bus yang berada di jalan raya.
Jarak antara masjid dengan jalan raya sekitar 300 meter.
Mayoritas peserta adalah ibu-ibu dan bapak-bapak. Beberapa peserta
membawa anak-anak mereka yang masih remaja. Selain itu, ada pula
beberapa panitia dari muda-mudi masjid yang ikut serta.
Perjalanan
dari Jogja ke Semarang tidak menemui kendala berarti. Kami hampir tidak pernah
kena macet sepanjang perjalanan. Para peserta dalam perjalanan itu dibagi dalam
dua bus. Para santri PAUL berada di bus pertama, sedangkan para jama’ah
pengajian Minggu Pagi berada di bus kedua. Aku sendiri berada di bus kedua
bersama para jama’ah pengajian Minggu Pagi.
Suasana jalan yang basah selama perjalanan menuju Semarang |
Para
peserta mengisi waktu perjalanan dengan mendengarkan pengajian yang diputar melalui DVD Player yang
terdapat di dalam bus. Karena semalam belum tidur, aku sebisa mungkin
memejamkan mata walaupun tempat di mana aku duduk sungguh bukan tempat yang
nyaman. Aku duduk di kursi bagian depan sendiri, persis berada di antara tempat
duduk supir dan pintu masuk penumpang bagian depan. Bila aku terjaga, aku pasti
akan selalu melihat kendaraan lalu lalang di depan bus. Apabila bus mengambil
jalur lain untuk menyalip kendaraan, aku bisa ikut deg-degan apakah ada kendaraan dari arah berlawanan atau
tidak. Hal itu tentu menjadi kendala bagiku yang harus mencuri-curi waktu
buat tidur ini.
Kami
berhenti sekali di pom bensin di daerah Magelang. Bus berhenti untuk memberi
kesempatan pada para jama’ah untuk buang air di toilet. Setelah itu, tidak ada
pemberhentian lagi sampai bus tiba di tempat kunjungan pertama kami, Obyek
Wisata Fatima Zahra Semarang. Tempat ini dapat dicapai setelah kami menempuh
perjalanan selama 3 jam 45 menit.
Ibu DIna islmaiyah menjelaskan tentang Hajar Aswad |
Fatima
Zahra didesain bagi para wisatawan yang ingin manasikhaji. Hampir semua replika
bangunan-bangunan terkait haji ada di sana. Mulai dari kantor imigrasi, pertokoan
di kota Makkah, Ka’bah, Jabal Rahmah, Masjid Nabawi, dll. Para peserta tamasya
ini mengadakan manasik haji di sana. Kami berjalan mulai dari kantor imigrasi,
melewati toko-toko, dan kemudian sampailah kami di hadapan replika Ka’bah. Di
sana kami mengadakan simulasi keliling Ka’bah 7 kali dan kemudian berpindah ke
jalur Sa’i. Rombongan peserta itu dipimpin oleh Ibu Hj. Dina Islamiyah. Dari
Jalur Sa’i, peserta diarahkan menuju Masjid Nabawi. Tapi untuk menuju ke sana,
kami harus melewati tempat terbuka yang saat itu diguyur hujan deras. Bagi yang
membawa payung, mereka bisa langsung masuk ke Masjid Nabawi. Namun bagi yang
tidak membawa payung, mereka harus menunggu sampai hujan reda.
Replika
Masjid Nabawi tentu tidak sebesar dan semegah Masjid Nabawi yang asli.Di dalamnya
hanya terdapat barang-barang replika yang dianggap merepresentasikan
barang-barang asli yang ada di tempat aslinya. Dua sisi temboknya merupakan
cermin yang amat besar. Di dalam replika masjid itu, Ibu Dina Islamiyah
bercerita tentang tiap bagian masjid beserta sejarahnya. Aku tak mendengarkan
penjelasan dari Ibu Dina Islamiyah karena saat itu aku menjaga baterei kameraku
yang sedang di-charge.
Setelah
dari Replika Masjid Nabawi, peserta diarahkan menuju ke Jabal Rahmah. Di atas
replika Jabal Rahmah, para peserta rela berfoto walau hujan masih turun. Aku juga
terpaksa berhujan-hujan untuk mengambil foto para peserta yang pengen narsis
itu. Setelah dari Jabal Rahmah, peserta kemudian bergerak ke replika tenda-tenda
di Mina. Di sana juga disediakan tempat melempar jumroh.
Selesai
acara melempar jumroh, para peserta dipersilahkan untuk beristirahat. Mereka kemudian
menyerbu stand jajanan yang ada di sana. Aku memesan segelas teh hangat
sekaligus numpang nge-charge baterai
kamera di salah satu stand jajanan. Sejujurnya aku tidak akan jajan kalau tidak
demi mendapat kesempatan buat nge-charge baterai
kamera di sana.
Setelah
istirahat selesai, peserta kembali ke bus. Saat itu hujan telah reda. Kami
beralih ke tujuan selanjutnya, Taman Maerokoco. Bila Fatima Zahra terletak di
Semarang bagian selatan yang berada di daerah perbukitan, Taman Maerokoco
terletak di Semarang bagian utara yang berbatasan langsung dengan laut. Bus
sempat nyasar di sebuat perumahan saat menuruni bukit. Bus kemudian berbalik
arah dan melewati pusat kota, melintas di depan trademark Kota Semarang diantaranya;
Lawang Sewu dan Tugu Muda; melintasi perlintasan kereta api; dan kemudian barulah sampai di Taman Maerokoco.
Foto bersama di Taman Maerokoco |
Taman
Maerokoco berada di tengah daerah bakau. Bila kamu turun dari bus dan kemudian
berjalan kaki memasuki kawasan itu, kamu akan terlebih dulu melintasi sebuah
jembatan yang di bawahnya mengalir sebuah sungai yang penuh sampah dan bau
ikan. Lalu kamu akan memasuki kawasan Maerokoco yang pada tiap hari libur akan
ramai pengunjung.
Kami
sempatkan diri foto bersama terlebih dahulu sebelum memasuki Taman
Maerokoco. Setelah sesi foto berakhir, kami masuk ke obyek wisata itu. Taman
Maerokoco ternyata merupakan taman budaya milik pemerintah Jawa Tengah yang di
dalamnya terdapat replika-replika rumah bangunan adat berbagai kabupaten di
Jawa Tengah. Selain itu ada juga replika kenampakan alam yang ada di provinsi
itu seperti Gunung Merapi dan Gunung Slamet.
Langit
sore memayungi kami yang asyik menjelajahi tiap jengkal setapak yang ada di
Maerokoco. Matahari tidak bersinar terik. Angin pantai berhembus. Di langit
tampak burung-burung berterbangan. Saat itulah sesi foto dilanjutkan. Aku
mengambil foto tiap peserta yang ikut
dalam acara wisata itu, mulai dari para sesepuh, gerombolan ibu-ibu,
bapak-bapak, pasangan
suami
istri, sampai para muda mudi. Spot favoritku
berada di tepi danau kecil. Dan foto favoritku adalah saat para mudi-mudi duduk
berjejer di tepi danau sambil menghadap kamera.
Kami kembali ke bus sekitar
pukul empat. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh-oleh.
Awalnya tujuan kami adalah pusat oleh-oleh yang berada di kawasan Kota Lama.
Tapi waktu itu jalan menuju tempat itu ditutup sehingga kami harus mengubah
tujuan kami menuju pusat oleh-oleh yang berada di Jalan Kaligawe.
Di sana para peserta turun
dan membeli oleh-oleh. Aku membeli bungkusan bandeng presto pesanan ibuku. Bus
dijadwalkan berhenti sampai jam 5. Setelah itu bus berangkat menempuh
perjalanan pulang.
Perjalanan pulang |
Berbeda dibandingkan
perjalanan menuju Semarang, perjalanan pulang kali ini melewati jalan tol.
Jalan tol yang kami lalui memiliki pemandangan eksotis. Selain itu kami juga
melewati banyak jembatan panjang dan jalannya naik turun. Langit senja menaungi
perjalanan kami. Lampu-lampu mobil yang lalu lalang mulai dinyalakan. Tampak
dari jauh lampu rumah-rumah penduduk yang berada di kaki bukit mulai
dinyalakan.
Bus sempat berhenti di
daerah Jambu untuk memberi kesempatan pada peserta menunaikan Sholat Maghrib.
Langit telah gelap saat bus beranjak meninggalkan Jambu. Akhirnya kami tiba
kembali di titik keberangkatan pukul setengah sembilan malam. Dari sana para
peserta melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.
Berikut ini foto-foto perjalanannya!!
Berfoto bersama di depan bus |
Si ibu ini emang anti mati gaya :) |
Girls in action |
ibuk-ibuk juga gak mau kalah action dong :) |
Girls in action part 2 |
Ngeksis di tengah hujan |
Memandang nun jauh di sana |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar