Sabtu, 11 Januari 2020

Ekspedisi Lasem Part 2 : Sejarah Kota Pecinan Tua

Salah Satu Pintu Gerbang Rumah Penduduk di Pecinan Lasem

Lasem sebenarnya hanyalah salah satu kota kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Di tengah kota itu terbentang jalur pantura, jalan raya terbesar se-Pulau Jawa, tempat truk-truk tronton melintas dengan membawa berbagai macam barang-barang berat. Berjarak 12 km dari Kota Rembang ke arah timur, kota ini mungkin tak pernah terpikirkan bagi orang-orang yang sering melintasi pantura dari Semarang menuju Surabaya atau sebaliknya. 

Walaupun begitu, Lasem mempunyai sejarah panjang. Pada abad ke-14, Lasem adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit yang dipimpin seorang ratu bernama Dewi Indu. Saat memimpin Lasem, dia mendapat gelar Bhre Lasem. Kekuasaan Lasem kemudian diwariskan secara turun temurun oleh para keturunannya.

Namun, yang menarik dari sejarah Lasem sebenarnya bukan hanya itu. Tapi juga cerita tentang kedatangan keluarga Bi Nang Un yang membawa rombongan kapal dari Campa, yang kemudian tak lagi melanjutkan petualangannya mengarungi lautan untuk menetap di Lasem. Dari tangan anak Bi Nang Un yang bernama Bi Nang Ti, lahirlah Batik Lasem. Batik itu menjadi ciri khas kota Lasem dan sampai sekarang bisnisnya masih menggeliat.

Lasem terus berkembang mengikuti perubahan waktu. Ketika berada di bawah kekuasaan Mataram, kepemimpinannya diemban oleh seorang Adipati. Kondisi tersebut tak berubah sampai Belanda menduduki Lasem.

Kedatangan Belanda saat itu mendapat perlawanan sengit dari masyarakat Lasem. Perlawanan yang penuh tumpah darah itu kemudian dikenal dengan nama Perang Kuning. Pada perang itu, warga etnis Tionghoa, warga pribumi, dan kalangan santri bersatu melawan Belanda. Memang, pada akhirnya Lasem jatuh juga ke tangan Belanda. Namun kisah Perang Kuning menjadi peristiwa agung di Lasem dan diceritakan secara turun-temurun karena mengandung hikmah yang dalam tentang persatuan dan semangat perjuangan sampai titik darah penghabisan.

Di masa pendudukan Belanda, Lasem menjadi tempat perdagangan opium. Oleh pemerintah Belanda sendiri perdagangan opium sebenarnya dilarang, namun masyarakat Lasem khususnya dari kalangan etnis Cina pada saat itu punya banyak cara untuk menyelundupkan obat candu itu. Bangunan yang menjadi saksi bisu kejayaan perdagangan opium di Lasem adalah Lawang Ombo. Dari kapal pengangkut barang, opium diselundupkan melalui Sungai Lasem yang kemudian dibawa ke Lawang Ombo melalui sebuah terowongan yang terhubung langsung ke sungai itu.

                                                                        ***

Aku mempunyai keinginan agar suatu saat nanti aku bisa mengunjungi Lasem. Sementara aku sedang melanjutkan aktivitas kuliahku, beberapa temanku sudah ada yang lulus. Di semester sembilan ini, aku bahkan masih harus mengambil beberapa mata kuliah sebagai syarat untuk bisa mengambil mata kuliah skripsi.

Di sela kesibukan kuliah, aku juga aktif berkecimpung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PASTI. PASTI adalah unit kegiatan bagi mahasiswa yang berminat di bidang sastra, jurnalistik, dan tulis menulis. Kami kumpul rutin tiap Hari Jum’at malam. Di awal semester ganjil, kami biasanya mengadakan diskusi untuk tema tulisan.

Oleh pemimpin redaksi, kami para anggota diberi waktu satu minggu untuk memikirkan tema tulisan. Untuk majalah kali ini, tema yang terpilih nantinya akan dipakai untuk tema liputan utama. Liputan utama itu nantinya tak hanya terdiri dari satu tulisan, namun beberapa tulisan yang masih memiliki kesamaan tema.

Tiba-tiba saja tercetus Lasem di pikiranku. Aku pikir, Lasem bisa menjadi liputan utama. Kita bisa menjelajahi tempat itu bersama-sama dan mencari apa yang menarik di sana untuk dijadikan tulisan. 

Dari tulisan Agni Malagina, Lasem tidak hanya menarik soal pecinannya, namun juga kulinernya, mitosnya, sejarahnya, tempat wisatanya, rumah candunya, dan masih banyak lagi. Alasan aku mengangkat topik ini, tema soal menyikapi perbedaan di tengah masyarakat penting diangkat di saat banyaknya konflik antar kelompok yang terjadi di Indonesia. Aku mengemukakan semua hal itu saat presentasi penentuan liputan utama seminggu kemudian. Dari banyak tema yang diusung, temaku terpilih jadi tema untuk liputan utama.

Lasem, Wait us ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...