Salah Satu Pintu Gerbang Rumah Penduduk di Pecinan Lasem |
Lasem sebenarnya hanyalah salah satu kota kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Di tengah kota itu terbentang jalur pantura, jalan raya terbesar se-Pulau Jawa, tempat truk-truk tronton melintas dengan membawa berbagai macam barang-barang berat. Berjarak 12 km dari Kota Rembang ke arah timur, kota ini mungkin tak pernah terpikirkan bagi orang-orang yang sering melintasi pantura dari Semarang menuju Surabaya atau sebaliknya.
Walaupun begitu, Lasem mempunyai sejarah panjang. Pada abad
ke-14, Lasem adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit yang dipimpin
seorang ratu bernama Dewi Indu. Saat memimpin Lasem, dia mendapat gelar Bhre
Lasem. Kekuasaan Lasem kemudian diwariskan secara turun temurun oleh para
keturunannya.
Namun, yang menarik dari sejarah
Lasem sebenarnya bukan hanya itu. Tapi juga cerita tentang kedatangan keluarga
Bi Nang Un yang membawa rombongan kapal dari Campa, yang kemudian tak lagi
melanjutkan petualangannya mengarungi lautan untuk menetap di Lasem. Dari
tangan anak Bi Nang Un yang bernama Bi Nang Ti, lahirlah Batik Lasem. Batik itu
menjadi ciri khas kota Lasem dan sampai sekarang bisnisnya masih menggeliat.
Lasem terus berkembang mengikuti
perubahan waktu. Ketika berada di bawah kekuasaan Mataram, kepemimpinannya
diemban oleh seorang Adipati. Kondisi tersebut tak berubah sampai Belanda
menduduki Lasem.
Kedatangan Belanda saat itu
mendapat perlawanan sengit dari masyarakat Lasem. Perlawanan yang penuh tumpah
darah itu kemudian dikenal dengan nama Perang Kuning. Pada perang itu, warga
etnis Tionghoa, warga pribumi, dan kalangan santri bersatu melawan Belanda.
Memang, pada akhirnya Lasem jatuh juga ke tangan Belanda. Namun kisah Perang
Kuning menjadi peristiwa agung di Lasem dan diceritakan secara turun-temurun
karena mengandung hikmah yang dalam tentang persatuan dan semangat perjuangan
sampai titik darah penghabisan.
Di masa pendudukan Belanda, Lasem
menjadi tempat perdagangan opium. Oleh pemerintah Belanda sendiri perdagangan
opium sebenarnya dilarang, namun masyarakat Lasem khususnya dari kalangan etnis
Cina pada saat itu punya banyak cara untuk menyelundupkan obat candu itu.
Bangunan yang menjadi saksi bisu kejayaan perdagangan opium di Lasem adalah Lawang
Ombo. Dari kapal pengangkut barang, opium diselundupkan melalui Sungai Lasem
yang kemudian dibawa ke Lawang Ombo melalui sebuah terowongan yang terhubung
langsung ke sungai itu.
***
Aku mempunyai keinginan agar suatu
saat nanti aku bisa mengunjungi Lasem. Sementara aku sedang melanjutkan
aktivitas kuliahku, beberapa temanku sudah ada yang lulus. Di semester sembilan
ini, aku bahkan masih harus mengambil beberapa mata kuliah sebagai syarat untuk
bisa mengambil mata kuliah skripsi.
Di sela kesibukan kuliah, aku juga
aktif berkecimpung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PASTI. PASTI adalah unit
kegiatan bagi mahasiswa yang berminat di bidang sastra, jurnalistik, dan tulis
menulis. Kami kumpul rutin tiap Hari Jum’at malam. Di awal semester ganjil,
kami biasanya mengadakan diskusi untuk tema tulisan.
Oleh pemimpin redaksi, kami para
anggota diberi waktu satu minggu untuk memikirkan tema tulisan. Untuk majalah
kali ini, tema yang terpilih nantinya akan dipakai untuk tema liputan utama.
Liputan utama itu nantinya tak hanya terdiri dari satu tulisan, namun beberapa
tulisan yang masih memiliki kesamaan tema.
Tiba-tiba saja tercetus Lasem di
pikiranku. Aku pikir, Lasem bisa menjadi liputan utama. Kita bisa menjelajahi
tempat itu bersama-sama dan mencari apa yang menarik di sana untuk dijadikan
tulisan.
Dari tulisan Agni Malagina, Lasem tidak hanya menarik soal pecinannya,
namun juga kulinernya, mitosnya, sejarahnya, tempat wisatanya, rumah candunya,
dan masih banyak lagi. Alasan aku mengangkat topik ini, tema soal menyikapi
perbedaan di tengah masyarakat penting diangkat di saat banyaknya konflik antar
kelompok yang terjadi di Indonesia. Aku mengemukakan semua hal itu saat
presentasi penentuan liputan utama seminggu kemudian. Dari banyak tema yang
diusung, temaku terpilih jadi tema untuk liputan utama.
Lasem, Wait us ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar