Minggu, 12 Januari 2020

Ekspedisi Lasem Part 5 : Perayaan Tahun Baru Imlek



Pak Gandor Sugiarto


Aku terbangun sekitar pukul delapan pagi. Sebenarnya tubuhku masih capek. Ingin rasanya untuk tidur lagi. Tapi hari itu Mas Pop berencana mengajak kami ke rumah Pak Gandor Sugiarto, salah seorang sesepuh Lasem.  Kami janjian pukul setengah sepuluh.

Pukul setengah sepuluh, Mas Pop belum juga datang. Karena resah aku mengirimnya pesan WA. Mas Pop membalas pesanku dengan memintaku dan teman-teman lainnya untuk langsung ke rumah Pak Gandor saja. Dia tak sempat mampir ke penginapan karena harus mengurus tamu-tamu lain. Mas Pop kemudian menjelaskan letak rumah Pak Gandor beserta jalan menuju ke sana. Setelah itu kami berempat (Aku, Osa, Ancis, dan Rifat) berangkat menuju rumah Pak Gandor sementara tiga lainnya tetap tinggal di penginapan. Ternyata jaraknya cukup dekat dari rumah tempat kami menginap.

Rumah Pak Gandor berada persis di sebelah bangunan Lasem Heritage yang terkenal di Lasem itu. aku pertama kali mengenal bangunan bertembok merah itu dari sebuah foto pada tulisan Agni Malagina di majalah National Geographic. Saat melihat foto itu, rasanya sulit membedakan apakah itu Lasem atau China!  

Pagi itu Pak Gandor sibuk melayani tamu-tamu yang berkunjung. Setelah tamu satu pergi, giliran tamu lain yang ia layani. Pada akhirnya kamilah yang mendapat giliran untuk bertemu langsung dengan Pak Gandor. 

Pak Gandor dengan ramah menyambut kami. Pertama-tama, kami mengenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan kami ke Pak Gandor. Setelah itu kami secara bergiliran mengajukan pertanyaan pada beliau terkait tulisan kami masing-masing.

Pak Gandor bercerita pada kami tentang banyak hal. Tentang keluarganya, tentang pengalaman hidupnya, tentang aktivitasnya di Lasem, dan masih banyak lagi. Selain itu Pak Gandor sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Dia bercerita tentang sejarah Lasem untuk menjawab pertanyaanku. Bahkan dia bercerita sedikit mengenai peristiwa pembantaian komunis di Lasem. Di akhir pertemuan itu, kami berfoto bersama dengan Pak Gandor. Sebelum pulang, dia mengundang kami untuk hadir di acara Perayaan Tahun Baru Imlek yang akan diadakan nanti malam.

Saat itu tepat pada Hari Jum’at. Setelah pulang dari rumah Pak Gandor, aku, sebagai satu-satunya muslim di kelompok kami bergegas untuk mandi dan kemudian menunaikan Sholat Jum’at di Masjid Jami’ Lasem. Masjid ini merupakan masjid bersejarah di Lasem. Selain terkenal dengan pecinannya, Lasem juga punya masjid yang megah. Hal ini mempertegas bukti bahwa antara golongan muslim dan etnis Tionghoa di sini bisa hidup berdampingan.

Selesai Sholat Jum’at, aku langsung pulang ke penginapan. Saat itu hujan turun agak deras. Sesampainya di penginapan aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Rasa lelah karena perjalanan jauh masih terasa. Aku bangun sekitar pukul lima sore dan bersiap-siap untuk menghadiri acara perayaan tahun baru imlek yang menurut jadwal akan dimulai puku delapan malam.

Aku tiba di tempat perayaan beberapa menit mendekati pukul delapan. Acara itu diselenggarakan di gedung serba guna yang berada di samping Kelenteng Po An Bio. Para warga berkumpul di luar gedung. Hanya tamu undangan saja yang boleh masuk. Pak Gandor berjaga di pintu masuk. Setelah memperlihatkan diri di hadapan Pak Gandor, aku baru dipersilahkan masuk. Di dalam gedung, sudah banyak tamu yang mengisi kursi-kursi. Aku yang kesulitan mencari kursi kosong akhirnya memilih keluar dari dalam gedung.

Pertunjukkan barongsai itu digelar sederhana. Hanya dua barongsai ditampilkan. Mereka menari mengikuti suara musik tambur dan gong yang tak henti ditabuhkan. Penonton bersorak. Menjelang akhir tarian, topek barongsai bergerak masuk ke dalam gedung, menuju panggung untuk menghibur para tamu undangan. Aku bergerak masuk ke dalam gedung mengikuti para penari barongsai. Penampilan berikutnya adalah pertunjukkan drama Perang Kuning yang dibawakan sebuah kelompok sanggar tari.

Acara setelah pementasan drama itu adalah sambutan-sambutan. Selain dari ketua panitia, sambutan juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Inilah saat yang ditunggu-tunggu para hadirin. Sebuah kehormatan orang nomor satu se-Provinsi Jawa Tengah bersedia hadir pada acara itu. 

Pak Ganjar Pranowo naik ke atas panggung disambut tepuk tangan hadirin. Dalam sambutannya, dia ingin menjadikan Lasem sebagai tempat wisata unggulan di Jawa Tengah. Setelah sambutan selesai, Pak Ganjar Pranowo langsung diantar ke ruang tengah Kelenteng Po An Bio. Di sana dia dipandu untuk menyalakan lilin. Setelah ritual selesai, Pak Ganjar langsung pergi meninggalkan tempat acara beserta rombongannya.   

Aku tak mengikuti acara hingga rampung. Saat kembang api dilepaskan ke langit hingga menciptakan suara ledakan yang bersahut-sahutan, aku sudah berada dalam perjalanan pulang ke penginapan. Sampai penginapan, aku terkejut melihat teman-teman yang lain sudah berkumpul bersama Mas Pop di ruang tamu. Aku bergabung dengan mereka setelah menaruh kamera dan alat tulis yang kubawa.

Malam itu, Mas Pop bercerita tentang aktivitas dia sebagai pegiat sejarah di Lasem. Dia kemudian menunjukkan pada kami aktivitas penemuan jejak sejarah Lasem di masa lalu. Dari data yang ia tunjukkan terdapat foto-foto bukti temuan kerangka kapal raksasa yang terdampar pada pantai yang terletak tak jauh dari Lasem. Ia menjelaskan bahwa foto itu hanyalah satu contoh temuan sejarah di Lasem. Masih banyak lagi hal-hal yang belum ditemukan di kota itu. Setelah itu ia menjelaskan bahwa dalam mencari jejak-jejak sejarah di Lasem, ia tidak sendiri. Ia bergerak bersama teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Bhre Lasem.


Pementasan drama Perang Kuning pada perayaan Tahun Baru Imlek di Lasem

Pertunjukan Barongsai

Pak Ganjar Pranowo ikut menghadiri acara Malam Tahun Baru Imlek di Lasem

Para pemain drama Perang Kuning


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...