Kamis, 19 Maret 2020

Ekspedisi Lasem Part 18 : Mulai Menulis

Foto Dokumentasi Komunitas Bhre Lasem Koleksi Mas Mahdi 


Aku tidur di kontrakannya Bagus semalam. Keesokan paginya, aku langsung pulang ke rumah tercinta. Setelah seminggu di luar, akhirnya aku kembali bisa menginjakkan kaki di rumah. Kulihat kamarku telah rapi. Sepertinya ibuku telah membersihkannya seeaktu aku berada di Lasem.

Aku langsung tidur lagi sesampainya di rumah. Aku masih merasa lelah setelah perjalanan jauh yang menguras pikiran, emosi, dan tenaga itu. Aku bersyukur masih diberi keselamatan. Bayanganku kemudian kembali saat kami mengendarai motor di tengah hujan deras. Waktu itu aku benar-benar tidak bisa melihat jalanan dengan baik. Sementara teman-temanku meninggalkanku di depan.

Aku tak berani mengejar mereka di tengah kondisi seperti itu. Aku lebih baik tertinggal jauh dari pada nyawaku melayang sia-sia di jalanan. Banyak orang yang kehilangan nyawa di jalan. Jumlahnya mungkin lebih besar dibandingkan jumlah korban meninggal karena digigit ular beracun. Jalanan memang bahaya, tapi mau tidak mau kami harus melaluinya bila berpergian dengan kendaraan pribadi.

Di saat perjalanan itu juga Cacing kesal padaku. Dia bilang aku terlalu lelet. Biarlah, biarlah dia bilang begitu. Aku sungguh tak ingin memikirkannya.

Setibanya di rumah aku ingin istirahat sebentar. Sebenarnya setelah ini ada agenda lain yang harus aku jalankan. Beberapa minggu lagi aku dan dua teman kelompokku harus ke Jakarta untuk mengikuti lomba paper ilmiah. Sementara itu penelitian untuk paper kami belum selesai. Sehingga tulisan liputan Lasem-ku ini sementara harus ku pending dulu.

***
Sebenarnya aku masih punya banyak waktu untuk menyelesaikan tulisanku. Majalah PASTI menurut rencana baru akan terbit pada akhir Mei. Sementara waktu itu baru akhir Februari. Walaupun deadline masih lama, aku harus cepat-cepat menyelesaikan tulisanku. Masalahnya aku masih harus mengerjakan skrpsi.

Aku memulai start menulis tulisan soal Perang Kuning Lasem setelah urusan lomba paper ilmiah-ku tuntas. Untuk bagian pembuka tulisan, semuanya berjalan mudah karena aku tinggal memasukkan deskripsi kesan pertamaku saat mengunjungi kota itu. Di dalam bagian itu aku masukkan cerita saat aku datang ke perayaan tahun baru imlek di sana. Aku juga memasukkan deskripsi singkat tentang pertunjukkan drama perang kuning saat perayaan itu.

Aku merasa kesulitan saat masuk di bagian inti. Di sana aku akan menceritakan kisah Perang Kuning. Karena ini berkaitan dengan sejarah, aku harus hati-hati betul. Sumber utama-ku untuk sejarah Perang Kuning berasal dari buku Babad Lasem yang kopiannya diberikan Mas Mahdi.

Tentu kelihatannya mudah untuk memindahkan tulisan di buku itu ke dalam tulisanku. Aku tinggal mengubahnya dengan kata-kataku sendiri. Tapi sayangnya tidak semudah itu.

Buku Babad Lasem ditulis dalam Bahasa Jawa. Dan aku bukanlah orang yang paham bahasa ini. Bahasa Jawa yang digunakan dalam buku itu benar-benar berbeda dengan Bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari. Bahasa Jawa Sastra! Bahasa Jawa dari zaman dulu kala.

Buku Babad Lasem itu ditulis Panji Khamzah di akhir abad ke-19. Sekarang dasawarsa kedua di abad ke-21. Teks itu kemungkinan telah berumur 120 tahun. Aku bukanlah seorang ahli bahasa jadi aku tak tahu seberapa signifikan perubahan Bahasa Jawa dari zaman teks itu ditulis hingga kini.

Aku butuh waktu lama untuk memahami tulisan-tulisan yang, walaupun berbahasa Jawa, tapi untungnya  sudah ditulis dengan huruf latin itu. Selain itu aku terbantu dengan ringkasan Perang Kuning yang dibuat oleh Mas Mahdi. Tulisan itu merangkum cerita perang kuning dari berbagai sumber. Namun sumber paling banyak diambil dari buku Babad Lasem karangan Panji Khamzah.

Untuk menunangkannya ke dalam tulisanku, aku banyak membandingkan antara sumber buku Babad Lasem yang berbahasa Jawa dengan makalah yang ditulis Mas Mahdi. Setelah kubandingkan, aku mengambil petikan kisah dari makalah Mas Mahdi ketimbang dari Babad Lasem. Toh tulisan yang ditulis Mas Mahdi yang berbahasa Indonesia dan lebih mudah dimengerti itu juga ada dalam buku Babad Lasem. Jadi posisi makalah yang dibuat Mas Mahdi di sini adalah untuk mempermudah pemahamanku terhadap buku Babad Lasem yang berbahasa Jawa lawas itu.

Mesin Jahit Koleksi Museum Lasem

Batik Tulis Koleksi Museum Lasem

Peralatan masak koleksi Museum Lasem

Batik Tulis Koleksi Museum Lasem

Tabung Kaca Koleksi Museum Lasem


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...