Foto Dokumentasi Komunitas Bhre Lasem Koleksi Mas Mahdi |
Aku tidur di kontrakannya Bagus semalam. Keesokan paginya,
aku langsung pulang ke rumah tercinta. Setelah seminggu di luar, akhirnya aku
kembali bisa menginjakkan kaki di rumah. Kulihat kamarku telah rapi. Sepertinya
ibuku telah membersihkannya seeaktu aku berada di Lasem.
Aku langsung tidur lagi sesampainya di rumah. Aku masih
merasa lelah setelah perjalanan jauh yang menguras pikiran, emosi, dan tenaga
itu. Aku bersyukur masih diberi keselamatan. Bayanganku kemudian kembali saat
kami mengendarai motor di tengah hujan deras. Waktu itu aku benar-benar tidak
bisa melihat jalanan dengan baik. Sementara teman-temanku meninggalkanku di
depan.
Aku tak berani mengejar mereka di tengah kondisi seperti itu.
Aku lebih baik tertinggal jauh dari pada nyawaku melayang sia-sia di jalanan.
Banyak orang yang kehilangan nyawa di jalan. Jumlahnya mungkin lebih besar
dibandingkan jumlah korban meninggal karena digigit ular beracun. Jalanan
memang bahaya, tapi mau tidak mau kami harus melaluinya bila berpergian dengan
kendaraan pribadi.
Di saat perjalanan itu juga Cacing kesal padaku. Dia bilang
aku terlalu lelet. Biarlah, biarlah dia bilang begitu. Aku sungguh tak ingin
memikirkannya.
Setibanya di rumah aku ingin istirahat sebentar. Sebenarnya
setelah ini ada agenda lain yang harus aku jalankan. Beberapa minggu lagi aku
dan dua teman kelompokku harus ke Jakarta untuk mengikuti lomba paper ilmiah.
Sementara itu penelitian untuk paper kami belum selesai. Sehingga tulisan
liputan Lasem-ku ini sementara harus ku pending dulu.
***
Sebenarnya aku masih punya banyak waktu untuk menyelesaikan
tulisanku. Majalah PASTI menurut rencana baru akan terbit pada akhir Mei.
Sementara waktu itu baru akhir Februari. Walaupun deadline masih lama, aku
harus cepat-cepat menyelesaikan tulisanku. Masalahnya aku masih harus
mengerjakan skrpsi.
Aku memulai start menulis tulisan soal Perang Kuning Lasem
setelah urusan lomba paper ilmiah-ku tuntas. Untuk bagian pembuka tulisan,
semuanya berjalan mudah karena aku tinggal memasukkan deskripsi kesan pertamaku
saat mengunjungi kota itu. Di dalam bagian itu aku masukkan cerita saat aku
datang ke perayaan tahun baru imlek di sana. Aku juga memasukkan deskripsi
singkat tentang pertunjukkan drama perang kuning saat perayaan itu.
Aku merasa kesulitan saat masuk di bagian inti. Di sana aku
akan menceritakan kisah Perang Kuning. Karena ini berkaitan dengan sejarah, aku
harus hati-hati betul. Sumber utama-ku untuk sejarah Perang Kuning berasal dari
buku Babad Lasem yang kopiannya diberikan Mas Mahdi.
Tentu kelihatannya mudah untuk memindahkan tulisan di buku itu
ke dalam tulisanku. Aku tinggal mengubahnya dengan kata-kataku sendiri. Tapi
sayangnya tidak semudah itu.
Buku Babad Lasem ditulis dalam Bahasa Jawa. Dan aku bukanlah
orang yang paham bahasa ini. Bahasa Jawa yang digunakan dalam buku itu benar-benar
berbeda dengan Bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari. Bahasa Jawa Sastra!
Bahasa Jawa dari zaman dulu kala.
Buku Babad Lasem itu ditulis Panji Khamzah di akhir abad
ke-19. Sekarang dasawarsa kedua di abad ke-21. Teks itu kemungkinan telah
berumur 120 tahun. Aku bukanlah seorang ahli bahasa jadi aku tak tahu seberapa
signifikan perubahan Bahasa Jawa dari zaman teks itu ditulis hingga kini.
Aku butuh waktu lama untuk memahami tulisan-tulisan yang,
walaupun berbahasa Jawa, tapi untungnya sudah ditulis dengan huruf latin itu. Selain
itu aku terbantu dengan ringkasan Perang Kuning yang dibuat oleh Mas Mahdi.
Tulisan itu merangkum cerita perang kuning dari berbagai sumber. Namun sumber
paling banyak diambil dari buku Babad Lasem karangan Panji Khamzah.
Untuk menunangkannya ke dalam tulisanku, aku banyak
membandingkan antara sumber buku Babad Lasem yang berbahasa Jawa dengan makalah
yang ditulis Mas Mahdi. Setelah kubandingkan, aku mengambil petikan kisah dari
makalah Mas Mahdi ketimbang dari Babad Lasem. Toh tulisan yang ditulis Mas
Mahdi yang berbahasa Indonesia dan lebih mudah dimengerti itu juga ada dalam buku
Babad Lasem. Jadi posisi makalah yang dibuat Mas
Mahdi di sini adalah untuk mempermudah pemahamanku terhadap buku Babad Lasem
yang berbahasa Jawa lawas itu.
Mesin Jahit Koleksi Museum Lasem |
Batik Tulis Koleksi Museum Lasem |
Peralatan masak koleksi Museum Lasem |
Batik Tulis Koleksi Museum Lasem |
Tabung Kaca Koleksi Museum Lasem |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar