Majalah PASTI yang memuat tulisan Ekspedisi Lasem |
Di tengah-tengah libur semester, aku tetap menjalankan
aktivitas mengerjakan skripsi. Selain itu aku juga melakukan aktivitas lain
seperti jadi Panitia Ramadhan di masjid dan juga sempat mudik ke Jakarta di
pertengahan Ramadhan.
Aku sebenarnya menanti-nanti kapan Majalah PASTI terbit.
Penantian itu akhirnya terbayar saat pada suatu hari di Bulan Agustus Pemimpin
Redaksi kami Greg bilang majalahnya sudah terbit dan sudah bisa diambil pula.
Aku langsung pergi ke penerbit, dan ambil majalah itu sama Greg untuk ditaruh
di Sekre.
Kalau tidak salah, majalah itu diterbitkan sebanyak 200
eksemplar. Di dalamnya terdapat banyak tulisan teman-teman baru maupun
teman-teman lama. Bahagianya aku tulisanku ditaruh di halaman pertama. Selain
itu, diantara semua tulisan yang ada di majalah itu, tulisanku paling panjang.
Aku menuliskannya sebanyak hampir 5.000 kata.
Namun tulisan yang terbit dari Ekspedisi PASTI hanya ada dua.
Selain tulisanku ada pula tulisannya Bagus tentang pernikahan lintas agama di
Lasem. Tulisannya Ancis belum rampung saat deadline, dan aku tidak tahu dengan
tulisannya Rifat, Osa, Cipon, dan Cacing. Aku tak merasa bertanggung jawab atas
tulisan mereka. Andai aku dipasrahi untuk bertanggung jawab atas tulisan Lasem
pastilah aku akan mengejar-ngejar mereka untuk bertanya tentang progress
tulisan.
Setelah menaruhnya di Sekre, aku mengambil satu majalah itu
dan membawanya pulang. Di rumah aku tak henti-hentinya membaca tulisanku
sendiri. aku membolak-balik halaman tulisanku, membacanya berulang-ulang, mengamati
tiap kata yang aku tulis sendiri, dan kemudian aku merasa senang.
Setelah puas berkelindan dengang tulisan sendiri, aku mulai
membaca tulisan lain. Ada tulisan Bagus soal pernikahan di Lasem, ada tulisan
Kenia tentang Wiji Thukul, ada tulisan Bela dan Bekti tentang penghayat
kepercayaan, ada tulisannya Lika dan Keceng tentang jalur pendakian Merbabu,
ada tulisannya Dicha tentang Kampung Code, ada tulisannya Krise dan Ega tentang
ojek difabel, ada tulisannya Lukas dan Cyntia tentang kampus, tak lupa tulisan
seperti resensi film yang ditulis Greg dan resensi buku yang ditulis Ino. Dan
di akhir halaman, ada cerpen karya Bram.
Sebelum pulang ke Jogja, Mas Pop minta agar ia dikirimi
majalahnya kalau sudah jadi. Sayangnya, sampai saat ini, aku belum juga
mengirim majalah itu. Aku sebenarnya malu, sebagai perwakilan tim, output dari
ekspedisi itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau tahu kondisinya
seperti ini, aku harusnya ngopyak-opyak mereka
sepulang dari Lasem. Lagipula dalam Majalah itu aku tercatat sebagai redaktur
senior. Posisi itu tidak disadari olehku karena pada waktu-waktu terakhirku di
PASTI ini, aku hanya ingin srawung dan mencari teman diskusi saja.
Setelah berakhirnya Ekspedisi Lasem, aku makin jarang kumpul
di Sekre dan akhirnya tidak berangkat sama sekali. Teman-teman memang banyak
yang mengharapkan aku bisa ikut kumpul di sana, tapi aku saat itu memang sedang
sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi di rumah dan malas keluar kalau benar-benar
tidak ada kepentingan mendesak. Tulisan “Hikayat yang Menyatukan Lasem” menjadi
tulisanku yang terakhir untuk PASTI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar