Sabtu, 21 Maret 2020

Ekspedisi Lasem Part 20 (Final) : Akhirnya Terbit Juga

Majalah PASTI yang memuat tulisan Ekspedisi Lasem


Di tengah-tengah libur semester, aku tetap menjalankan aktivitas mengerjakan skripsi. Selain itu aku juga melakukan aktivitas lain seperti jadi Panitia Ramadhan di masjid dan juga sempat mudik ke Jakarta di pertengahan Ramadhan.

Aku sebenarnya menanti-nanti kapan Majalah PASTI terbit. Penantian itu akhirnya terbayar saat pada suatu hari di Bulan Agustus Pemimpin Redaksi kami Greg bilang majalahnya sudah terbit dan sudah bisa diambil pula. Aku langsung pergi ke penerbit, dan ambil majalah itu sama Greg untuk ditaruh di Sekre.

Kalau tidak salah, majalah itu diterbitkan sebanyak 200 eksemplar. Di dalamnya terdapat banyak tulisan teman-teman baru maupun teman-teman lama. Bahagianya aku tulisanku ditaruh di halaman pertama. Selain itu, diantara semua tulisan yang ada di majalah itu, tulisanku paling panjang. Aku menuliskannya sebanyak hampir 5.000 kata.

Namun tulisan yang terbit dari Ekspedisi PASTI hanya ada dua. Selain tulisanku ada pula tulisannya Bagus tentang pernikahan lintas agama di Lasem. Tulisannya Ancis belum rampung saat deadline, dan aku tidak tahu dengan tulisannya Rifat, Osa, Cipon, dan Cacing. Aku tak merasa bertanggung jawab atas tulisan mereka. Andai aku dipasrahi untuk bertanggung jawab atas tulisan Lasem pastilah aku akan mengejar-ngejar mereka untuk bertanya tentang progress tulisan.

Setelah menaruhnya di Sekre, aku mengambil satu majalah itu dan membawanya pulang. Di rumah aku tak henti-hentinya membaca tulisanku sendiri. aku membolak-balik halaman tulisanku, membacanya berulang-ulang, mengamati tiap kata yang aku tulis sendiri, dan kemudian aku merasa senang.

Setelah puas berkelindan dengang tulisan sendiri, aku mulai membaca tulisan lain. Ada tulisan Bagus soal pernikahan di Lasem, ada tulisan Kenia tentang Wiji Thukul, ada tulisan Bela dan Bekti tentang penghayat kepercayaan, ada tulisannya Lika dan Keceng tentang jalur pendakian Merbabu, ada tulisannya Dicha tentang Kampung Code, ada tulisannya Krise dan Ega tentang ojek difabel, ada tulisannya Lukas dan Cyntia tentang kampus, tak lupa tulisan seperti resensi film yang ditulis Greg dan resensi buku yang ditulis Ino. Dan di akhir halaman, ada cerpen karya Bram.

Sebelum pulang ke Jogja, Mas Pop minta agar ia dikirimi majalahnya kalau sudah jadi. Sayangnya, sampai saat ini, aku belum juga mengirim majalah itu. Aku sebenarnya malu, sebagai perwakilan tim, output dari ekspedisi itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau tahu kondisinya seperti ini, aku harusnya ngopyak-opyak mereka sepulang dari Lasem. Lagipula dalam Majalah itu aku tercatat sebagai redaktur senior. Posisi itu tidak disadari olehku karena pada waktu-waktu terakhirku di PASTI ini, aku hanya ingin srawung dan mencari teman diskusi saja.

Setelah berakhirnya Ekspedisi Lasem, aku makin jarang kumpul di Sekre dan akhirnya tidak berangkat sama sekali. Teman-teman memang banyak yang mengharapkan aku bisa ikut kumpul di sana, tapi aku saat itu memang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi di rumah dan malas keluar kalau benar-benar tidak ada kepentingan mendesak. Tulisan “Hikayat yang Menyatukan Lasem” menjadi tulisanku yang terakhir untuk PASTI.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...