Lockdown Kota Wuhan (Sumber: Liputan6.com) |
Sudah dua
bulan lebih kiranya negeri ini memasuki masa pandemi. Selama itu pula kita
hidup dengan cara yang berbeda: jaga jarak, rajin cuci tangan, harus pakai
masker kalau harus keluar rumah, dan masih banyak lagi prasyarat lainnya. Semua
itu karena di masa pandemi ini kita hidup di tengah ancaman Virus Corona.
Virus ini
mula-mula ditemukan di Wuhan pada akhir tahun 2019, hanya beberapa hari sebelum
memasuki tahun 2020. Lalu pada Bulan Januari virus itu mulai menyebar di
dataran China. Perlahan tapi pasti, kota-kota di China mulai dijangkiti virus.
Pada awal
kemunculannya di Wuhan, aku terus mengikuti perkembangan virus ini dari
kabar-kabar media asing di internet. Sungguh gambaran yang mengerikan. Seseorang
tiba-tiba bisa pingsan di tengah jalan. Masyarakat berbondong-bondong pergi ke
rumah sakit ingin memeriksakan kesehatan mereka. Di antara mereka bahkan tampak
ada yang tergeletak di lantai, entah pingsan atau sudah mati. Kerumunan itu tak
sudi menolong karena takut tertular. Belum lagi para tenaga medis yang frustasi
dan marah-marah karena harus mengurus huru-hara pasien yang sebegitu banyaknya.
Beberapa waktu
kemudian, kabar dari media asing itu semakin menakutkan saja. Beberapa dokter di
China dilaporkan meninggal ikut tertular virus. Bahkan, Dokter Li Wenliang,
dokter yang pertama kali melaporkan adanya infeksi virus tersebut, ikut
meninggal dunia. Kejadian itu menjadi duka nasional di China.
Sampai sejauh
itu aku masih menganggap Virus Corona hanya virus-nya China saja. Tak ada
kekhawatiran sama sekali virus itu bakal sampai ke Indonesia. Apalagi waktu itu
Kota Wuhan sudah dikarantina. Tak perlu khawatir virus tersebar sampai
mana-mana.
Sementara aku
di Indonesia melanjutkan keseharian seperti biasa. Pada 2 Februari aku masuk
kerja untuk pertama kali di sebuah perusahaan media online. Hal ini tentu
membuatku tersibukkan dengan pengalaman memasuki dunia kerja yang baru pertama
kali kurasakan. Di sana aku bertemu teman-teman baru. Pengalaman baru siap
menanti, dan aku begitu antusias menghadapinya.
Bahkan
setelah tiga minggu menjalani masa-masa kerja, tak ada satupun kekhawatiranku
akan Virus Corona itu. Ketika libur, aku bisa menghabiskan waktu refreshing,
berkunjung ke perpustakaan, keliling kota, membeli buku. Atau kadang juga aku
nongkrong di pinggir rel kereta, lihat kereta api lalu lalang. Sambil
mempersiapkan tes CPNS-ku besok tanggal 28 Februari di Jakarta.
Saat
itu aku benar-benar menikmati bagaimana rasanya pertama kali masuk dunia kerja.
Rasanya seperti ada semerbak harum di mana-mana. Aroma itu menyebar ke tiap
sudut-sudut ruangan kantor, tercium sepanjang perjalanan pulang, lalu ketika
libur, bau aromanya makin tajam tercium waktu refreshing keliling kota. Hingga akhirnya
tanggal 25 Februari, aku memperoleh gaji untuk pertama kali. Sebuah titik penting
dalam perjalanan hidupku. Perkembangan soal Virus Corona yang sudah mulai
menyebar ke luar China sedikit tak kupedulikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar