Sabtu, 09 Mei 2020

Masa Pandemi Part 2: Sempat Pergi ke Jakarta

Pemandangan Kota Jakarta (Sumber: grid.id)


Sebelum ditetapkan sebagai zona merah dan hanya beberapa hari sebelum kasus 1 dan 2 muncul, aku pergi ke Jakarta untuk mengikuti tes CPNS. Aku berangkat dari Jogja pada tanggal 27 Februari malam. Terus terang, tak ada sekalipun aku berpikir tentang Virus Corona waktu itu.

Aku izin tak masuk kantor sehari untuk ikut tes CPNS di Jakarta. Selama di kereta, aku lebih fokus berlatih mengerjakan soal-soal tes CPNS melalui gadget, serta minta do’a restu pada anggota keluargaku agar diberi kelancaran dan hasil terbaik.
Tak seperti yang kuperkirakan, waktu itu KA Bengawan yang kunaiki cukup longgar. Selama perjalanan setidaknya aku bisa tidur nyenyak dan paginya saat sampai Jakarta aku sudah merasa segar.

Keretaku sampai di Stasiun Jatinegara pukul 6.50. Turun dari KA Bengawan aku kemudian ganti KRL tujuan Stasiun Transit Manggarai untuk berpindah KRL lagi menuju Stasiun Kalibata. KRL yang kunaiki waktu itu masih cukup lengang. Hingga akhirnya aku turun di Stasiun Kalibata dan meneruskan perjalanan ke lokasi tes dengan berjalan kaki.

Lokasi tesku berada di Gedung Pusat Kemendesa. Waktu itu aku memang mendaftar untuk lowongan Penyedia Bahan Publikasi di instansi Kemendesa PDTT dan berharap aku bisa menjadi Aparatur Sipil di sana. Selesai ujian aku langsung Sholat Jum’at di lingkungan gedung dan kemudian menemui seorang sepupu jauhku yang bekerja di sana.

Mumpung masih jam setengah dua, selesai ketemu sepupu jauhku aku menyempatkan diri berkunjung ke rumah Oma dan Opa di Duren Sawit. Menjelang jam lima sore aku baru beranjak dari rumah Oma dan Opa. Aku menuju stasiun keberangkatan Pasar Senen dari stasiun yang paling dekat dari rumah Oma Opa, yaitu Stasiun Buaran.

Stasiun Buaran hanya memiliki satu peron yang berbentuk pulau. Artinya peron itu berada di tengah-tengah dua jalur yang berdekatan, yaitu jalur satu dan jalur dua.  

Suasana Stasiun Buaran (Sumber: antaranews.com)
Pada sore hari, peron Stasiun Buaran tampak ramai oleh para penumpang yang baru pulang kerja. Stasiun ini terletak di daerah pinggiran Jakarta, jadi kalau sore hari memang lebih dipadati penumpang turun dari pada penumpang yang naik.

Sembari menunggu kereta menuju Pasarsenen datang, aku mengisi waktu dengan melihat kereta api lalu lalang. Tampak di jalur satu KRL dari arah pusat Jakarta dipadati penumpang yang berdesak-desakan di dalam kereta. Sementara itu di jalur empat kereta api dari luar kota berdatangan. Ada satu kereta luar kota bahkan melewati jalur dua tepat di hadapanku. Padahal biasanya jalur ini khusus untuk KRL dari arah Bekasi.

Sementara itu orang-orang yang baru pulang kantor berjalan cepat ingin segera sampai rumah. Selama aku mengamati mereka, hampir tak ada seorangpun mengenakan masker. Mereka yang pakai masker biasanya perempuan dan itu bisa dihitung dengan jari. Sepertinya mereka belum berpikir tentang adanya sebuah virus yang beberapa minggu kemudian mempengaruhi hidup dan keseharian mereka.

KRL dari arah Bekasi pada sore hari bisa dibilang jauh lebih sedikit dibandingkan dari arah pusat Jakarta. Tapi itu cukup adil menurutku. Walaupun frekuensinya lebih banyak, tapi toh KRL yang datang dari arah pusat Jakarta toh selalu dipadati penumpang yang berdesakan di dalam gerbong. Sebaliknya, walau harus menunggu sampai hampir setengah jam, KRL dari arah Bekasi yang kunaiki cukup lengang. Untuk menuju Pasarsenen aku harus turun di Stasiun Jatinegara dulu untuk transit dengan KRL lain.  

Akhirnya aku sampai Stasiun Pasarsenen sepuluh menit sebelum keretaku berangkat. Cukup menegangkan juga karena aku harus berlari-lari melewati terowongan penyeberangan di Stasiun Pasarsenen yang becek, mengembalikan tiket terusan harianku ke loket, baru bisa masuk ke peron untuk keberangkatan kereta jarak jauh. Tepat lima menit sebelum keberangkatan aku masuk ke dalam KA Senja Utama yang akan mengantarku pulang ke Jogja. Rasanya lega juga karena telat sedikit saja aku sudah ketinggalan. Tak lama kemudian, KA Senja Utama meninggalkan Stasiun Pasarsenen untuk menempuh perjalanan malam menuju kotaku tercinta.

Keesokan harinya pukul 3.30 dini hari aku sampai lagi di Jogja dan kembali berangkat kerja pada pagi harinya. Hari-hari berjalan normal kembali. Sementara itu Virus Corona telah menelan cukup banyak korban di Iran dan telah merambah ke negara tetangga Indonesia seperti Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Beberapa minggu kemudian, Jakarta ditetapkan menjadi pusat episentrum penyebaran Corona di Indonesia. Jangan-jangan, waktu aku di Jakarta selama sehari itu, penularan virus sudah terjadi di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...