Senin, 21 September 2020

TOXIC PEOPLE

 


Menurut Charles Darwin, makhluk hidup terus mengalami proses evolusi. Proses itu membuat mereka terus mengalami perubahan wujud dari waktu ke waktu.

Sama halnya dengan makhluk hidup lain, manusia juga terus berevolusi. Pada awalnya, manusia sangat mirip dengan orang utan. Tubuhnya bungkuk. Saking bungkuknya, bila berjalan tangannya harus menyentuh tanah. Tapi seiring waktu tubuh manusia semakin tegak dan semakin tegak. Hingga sampailah pada saat sekarang, konsepsi manusia bertubuh ideal adalah ia yang badannya tegak. Banyak orang yang rela diet mati-matian, joging, ataupun nge-ngym, demi menjadi manusia ideal.

Evolusi manusia tak hanya terjadi pada tubuh, namun juga banyak aspek. Seperti ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, gaya hidup, dan masih banyak lagi. Akhirnya, di antara berbagai jenis makhluk hidup lain, manusia lah yang secara peradaban sangat maju.

Dulu, mungkin tak ada seorangpun yang bisa membayangkan bahwa suatu saat nanti manusia bisa terbang seperti burung. Tapi sekarang ada pesawat yang membuat manusia terbang di udara. Dulu, tak ada satupun orang berpikir manusia bisa menyelam seperti ikan duyung. Tapi sekarang banyak orang yang telah pandai menyelam sampai ke dasar lautan.



Tapi, pernahkah ada seseorang yang membayangkan bahwa kelak manusia bisa memproduksi “racun” sendiri?

Racun (toxins) merupakan sebuah zat berbahaya yang dapat menyebabkan seseorang menderita sakit, lumpuh, menderita kelainan, atau bahkan meninggal dunia. Pada kehidupan di alam raya ini, hanya beberapa jenis makhluk hidup yang bisa memproduksi racunnya sendiri.

Sebagai contoh, beberapa jenis jamur bisa menghasilkan racun yang bernama Amatoksin. Racun yang dihasilkannya bisa menyebabkan kematian pada manusia. Lalu ada pula racun Tetrodotoxin yang terdapat pada ikan buntal. Orang yang terkena racun ini bisa terkena lumpuh, kejang-kejang, koma, lalu meninggal dunia.

Lalu ada pula racun pada ular dan beberapa hewan lain, yang dalam istilah Bahasa Indonesia disebut dengan istilah “bisa” (Inggris : venom). Sama halnya dengan racun-racun di atas, bisa atau zat racun pada ular juga bisa menyebabkan kematian pada manusia.

Dalam proses evolusinya, manusia berkembang hingga mereka bisa menciptakan racun sendiri. Pada awalnya, zat racun ini tercipta melalui serangkaian proses penelitian di laboratorium-laboratorium. Zat racun yang tercipta di sana-pun tidak “murni” dari manusia, melainkan dari perpaduan zat-zat yang dihasilkan makhluk hidup atau mikroorganisme lain.

Tapi seiring waktu, melalui serangkaian proses evolusi, kini manusia bisa menciptakan racun alaminya sendiri. Mereka bisa menciptakan racun seperti halnya ular dapat menghasilkan bisa ataupun ikan buntal dapat menghasilkan Tetrodotoxin. Keberadaan sekumpulan manusia yang telah berhasil menghasilkan racun alaminya sendiri itu menciptakan istilah yang cukup populer yaitu “toxic people”.

Adanya “toxic people” (orang-orang beracun) terjadi bukan karena tren semata, melainkan sebuah konsekuensi logis dari teori evolusi manusia. Sama halnya seperti racun pada hewan, racun yang disebarkan para toxic people bisa berbahaya. Terkena racun dari para toxic people bisa menyebabkan kenyamanan, kebanggaan, kebahagiaan, ataupun jati diri yang dimiliki seseorang hilang seketika. Bahkan terkena racun terlalu banyak menyebabkan orang bisa bunuh diri dan akhirnya meninggal dunia.

Ya, bahayanya kurang lebih sama dari terkena racun ular berbisa bukan?

lipi.go.id
Ular Berbisa


Di dunia ini, telah banyak orang yang meninggal gara-gara terkena racun dari para toxic people. Beberapa artis korea yang ditemukan sudah tak bernyawa baru-baru ini meninggal karena terkena “zat” berbahaya itu. Di Indonesia, seorang siswi SMP yang terkena racun-nya toxic people nekat terjun dari lantai tiga sekolahnya lalu meninggal. Selain kasus itu, masih banyak lagi kasus-kasus kecil yang tidak mendapat perhatian.

Karena berbagai hal tersebut, banyak orang resah akan keberadaan toxic people. Mereka berusaha sebisa mungkin mencari cara agar hidup jauh dari lingkungan para toxic people yang berbahaya itu. Para psikolog berbagi tips bagaimana menghindar dari para toxic people.Tapi apakah hal seperti itu merupakan langkah yang tepat?

Sayangnya, langkah ini amat keliru. Karena keberadaannya merupakan sebuah konsekuensi logis dari teori evolusi manusia, toxic people adalah bentuk dari “kemajuan” peradaban umat manusia itu sendiri. Menghindar dari para toxic people sama saja dengan menghindar dari kemajuan zaman. Apakah mereka, orang-orang sehat itu, bisa bertahan dengan cara hidup seperti ini?

Seiring waktu, toxic people tumbuh semakin banyak. Proses evolusi manusia terjadi melalui sebuah fenomena yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Manusia saling meracuni satu sama lain. Mereka diracuni, lalu (baik secara sadar atau tidak) ganti meracuni yang lain, lalu yang lain itu meracuni yang lain lagi. Manusia dilanda kebingungan karena tiba-tiba saja mereka memiliki racun dan tak tahu bagaimana cara menggunakannya.

Racun-racun itu kemudian bertambah banyak, menggumpal di udara, “menginfeksi” hampir seluruh umat manusia. Dunia ini kemudian berubah menjadi “toxic world”. Tak ada jalan lain untuk terhindar dari racun itu, tentu saja, kecuali imunitas atau daya tahan tubuh yang kuat. Orang-orang yang tak memiliki imunitas yang kuat terhadap racun itu, akan tumbang melalui proses seleksi alam.   

Hanya satu hal yang dapat menghentikan bencana maha dahsyat ini, yaitu “kesadaran” tiap individu.  Kesadaran bahwa mereka kini telah memiliki racun di tubuhnya. Kesadaran bahwa manusia harus bisa mengendalikan racun yang mereka miliki dengan baik. Kesadaran inilah yang menuntun langkah manusia menuju proses evolusi berikutnya.  

Yogyakarta, 21 September 2020


NB:

Tulisa ini hanya buah pikir fiktif dari penulis belaka. Bisa sebagai renungan, tapi tolong jangan dianggap serius ya!

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...