Ilustrasi Kaki Patah (Flickr.com/j g) |
Sore itu, aku dibawa keluar dari
kamar rawat inap menuju ruang operasi. Seorang perawat mendorong kereta tidurku
sementara aku berbaring di atasnya. Perasaanku benar-benar takut. Tak lama
lagi, aku akan menjalani operasi demi memulihkan kakiku yang patah.
Ini memang bukan pertama kalinya
aku naik ke meja operasi. Waktu kecil, aku pernah menjalani operasi amandel. Saat
mengantarku menuju ruang operasi sore itu, ayah mengingatkan padaku tentang
cerita masa kecilku.
Tapi waktu itu telah berlalu cukup
lama. Aku telah lupa bagaimana rasanya dioperasi. Berbagai rasa khawatir
menyelimutiku. Apakah operasi ini akan berhasil? Seberapa sakitkah rasanya dioperasi
itu? bagaimana keadaanku nanti setelah selesai operasi?
Selama perjalanan menuju ruang
operasi, tak ada seorangpun yang bisa aku jadikan tempat untuk mencurahkan rasa
khawatirku. Tatapanku terus mengarah ke langit-langit. Di atas sana, ada
deretan lampu plafon yang mengiringi perjalananku menuju ruang operasi. Semuanya
seperti menyorot ke arahku yang tengah terbaring seorang diri dengan mengenakan
pakaian operasi, seakan diriku ini adalah tokoh sentral dalam sebuah drama tentang penderitaan.
***
Sabtu pagi, tanggal 21 November
2020 sekitar pukul 08.15, aku ditelpon ibu untuk mengantarkan laptop ke kios. Tiap pagi, ibuku berjualan kue khamir bersama dengan Bu Tini di kios itu. Biasanya, ibu sudah
membuka kios dan mulai berjualan sejak pukul 6 pagi.
Dengan sigap, aku langsung
memasukkan laptop ibuku ke dalam ransel, lalu membawanya ke kios dengan
mengendarai motor. Jarak antara kios dengan rumah tak sampai 500 meter.
Selepas mengantarkan laptop ke ibu,
aku tidak langsung balik ke rumah. Kondisiku waktu itu begitu lapar dan belum
sarapan. Saat sebelum berangkat, aku memang sudah berniat untuk mencari sarapan
di luar sebelum memulai Work From Home pukul 09.00.
Aku menyusuri sepanjang jalan raya
Sidoarum-Gamping untuk menemukan tempat yang cocok dijadikan sebagai lokasi
sarapan. Namun saat dirasa tak ada satupun yang cocok, aku memutuskan untuk
berbalik. Sebelum memutar arah, aku meminggirkan motorku ke bahu kiri jalan,
lalu aku lihat kanan kiri. Setelah dirasa sepi, aku memutuskan untuk
menyeberang.
Namun saat telah berada di tengah
jalan, tiba-tiba aku mendengar klakson dari samping kiri. Sepersekian detik
kemudian aku baru sadar ada sebuah motor yang tengah melaju kencang. Motor itu
menabrak bagian depan motorku dan terjadilah benturan itu. Setelah benturan,
aku dan motorku sedikit terpental dan kemudian terjatuh. Saat terjatuh itulah,
aku merasakan benturan yang keras antara kakiku dengan aspal jalan.
Kejadian itu begitu cepat. Aku
sebenarnya tak terlalu ingat bagaimana detail tabrakan itu terjadi ataupun bagaimana
sakit yang aku rasakan saat benturan itu. Yang aku ingat, setelah tabrakan aku
terkapar di tengah jalan. Suara orang-orang seperti berhamburan hendak memberi
pertolongan. Setelah itu bahu serta kakiku diangkat orang-orang ke pinggir jalan.
Setelah itu, baru aku sadar kalau aku telah mengalami kecelakaan. Bagian sendi mata kaki kiriku terasa menggantung dan mau lepas hingga membuatku tak mampu berdiri lagi. Setelah beberapa saat menunggu sambil tergeletak di pinggir jalan, orang-orang mengangkat tubuhku dan ditaruhkannya pada sebuah mobil pick up yang akan mengantarku menuju rumah sakit.
Ya, ini adalah pengalaman pertamaku mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakiku patah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar