Kamis, 01 April 2021

Ketika Kakiku Patah Part 1 : Sebuah Kecelakaan

Ilustrasi Kaki Patah (Flickr.com/j g)

 

Sore itu, aku dibawa keluar dari kamar rawat inap menuju ruang operasi. Seorang perawat mendorong kereta tidurku sementara aku berbaring di atasnya. Perasaanku benar-benar takut. Tak lama lagi, aku akan menjalani operasi demi memulihkan kakiku yang patah.

Ini memang bukan pertama kalinya aku naik ke meja operasi. Waktu kecil, aku pernah menjalani operasi amandel. Saat mengantarku menuju ruang operasi sore itu, ayah mengingatkan padaku tentang cerita masa kecilku.

Tapi waktu itu telah berlalu cukup lama. Aku telah lupa bagaimana rasanya dioperasi. Berbagai rasa khawatir menyelimutiku. Apakah operasi ini akan berhasil? Seberapa sakitkah rasanya dioperasi itu? bagaimana keadaanku nanti setelah selesai operasi?

Selama perjalanan menuju ruang operasi, tak ada seorangpun yang bisa aku jadikan tempat untuk mencurahkan rasa khawatirku. Tatapanku terus mengarah ke langit-langit. Di atas sana, ada deretan lampu plafon yang mengiringi perjalananku menuju ruang operasi. Semuanya seperti menyorot ke arahku yang tengah terbaring seorang diri dengan mengenakan pakaian operasi, seakan diriku ini adalah tokoh sentral dalam sebuah drama tentang penderitaan.

***

Sabtu pagi, tanggal 21 November 2020 sekitar pukul 08.15, aku ditelpon ibu untuk mengantarkan laptop ke kios. Tiap pagi, ibuku berjualan kue khamir bersama dengan Bu Tini di kios itu. Biasanya, ibu sudah membuka kios dan mulai berjualan sejak pukul 6 pagi.

Dengan sigap, aku langsung memasukkan laptop ibuku ke dalam ransel, lalu membawanya ke kios dengan mengendarai motor. Jarak antara kios dengan rumah tak sampai 500 meter.

Selepas mengantarkan laptop ke ibu, aku tidak langsung balik ke rumah. Kondisiku waktu itu begitu lapar dan belum sarapan. Saat sebelum berangkat, aku memang sudah berniat untuk mencari sarapan di luar sebelum memulai Work From Home pukul 09.00.

Aku menyusuri sepanjang jalan raya Sidoarum-Gamping untuk menemukan tempat yang cocok dijadikan sebagai lokasi sarapan. Namun saat dirasa tak ada satupun yang cocok, aku memutuskan untuk berbalik. Sebelum memutar arah, aku meminggirkan motorku ke bahu kiri jalan, lalu aku lihat kanan kiri. Setelah dirasa sepi, aku memutuskan untuk menyeberang.

Namun saat telah berada di tengah jalan, tiba-tiba aku mendengar klakson dari samping kiri. Sepersekian detik kemudian aku baru sadar ada sebuah motor yang tengah melaju kencang. Motor itu menabrak bagian depan motorku dan terjadilah benturan itu. Setelah benturan, aku dan motorku sedikit terpental dan kemudian terjatuh. Saat terjatuh itulah, aku merasakan benturan yang keras antara kakiku dengan aspal jalan.

Kejadian itu begitu cepat. Aku sebenarnya tak terlalu ingat bagaimana detail tabrakan itu terjadi ataupun bagaimana sakit yang aku rasakan saat benturan itu. Yang aku ingat, setelah tabrakan aku terkapar di tengah jalan. Suara orang-orang seperti berhamburan hendak memberi pertolongan. Setelah itu bahu serta kakiku diangkat orang-orang ke pinggir jalan.

Setelah itu, baru aku sadar kalau aku telah mengalami kecelakaan. Bagian sendi mata kaki kiriku terasa menggantung dan mau lepas hingga membuatku tak mampu berdiri lagi. Setelah beberapa saat menunggu sambil tergeletak di pinggir jalan, orang-orang mengangkat tubuhku dan ditaruhkannya pada sebuah mobil pick up yang akan mengantarku menuju rumah sakit. 

Ya, ini adalah pengalaman pertamaku mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakiku patah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...