Senin, 26 September 2022

Jelajah Negeri di Atas Awan Part III : Puncak Sikunir


 Pemandangan Gunung Sindoro dari Puncak Sikunir

Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi saat alarm berbunyi membangunkan kami. Pagi itu, kami harus bergegas untuk menuju Puncak Sikunir. Jarak menuju tempat parkir titik pendakian Puncak Sikunir tak jauh dari penginapan kami. Paling hanya butuh lima menit mengendarai motor.

Tak butuh waktu lama bersiap, kami langsung mengeluarkan motor dan berboncengan menuju titik pendakian itu. Tak bisa dibayangkan, betapa dinginnya suhu udara di Desa Sembungan saat dini hari. Sampai di parkiran, saya langsung membeli sarung tangan, sementara itu penutup kepala sudah saya bawa dari rumah.

Sebenarnya kami hendak menunggu azan Subuh, baru kami berangkat menuju puncak. Namun begitu tahu kalau di tengah pendakian nanti ada musala, kami langsung berangkat dan Salat Subuh di musala itu.

Walaupun masih dini hari, namun perjalanan menuju Puncak Sikunir masih ramai. Rupanya banyak orang yang ingin melihat langsung Golden Sunrise dari atas sana. Kami berjalan saling mendahului. Tiap orang melangkah dengan cara yang berbeda, begitulah bunyi lirik Lagu JKT48 berjudul “Boku No Sakura”. Terkadang kami mendahului pendaki lain, tapi tak jarang pula kami didahului pendaki lain. Selama perjalanan, kami tak ada saling menyapa dengan para pendaki yang berduyun-duyun menuju puncak itu, seakan mereka saling berlomba meraih kebahagiaan abadi.

Hari masih gelap saat kami berjalan mendaki menuju Puncak Sikunir. Jalan setapak yang dilalui banyak orang itu tidak dilengkapi penerangan. Walau begitu di sisi kiri jalan sudah dilengkapi pegangan tangan. Keberadaan pegangan itu sangat memberi kemudahan orang-orang yang hendak mendaki, terutama bagi para lansia.

Setelah mendaki sekitar setengah jam, sampailah kami di Puncak Sikunir. Sebelumnya kami sempat mampir di musala yang ternyata tak jauh jaraknya sebelum mencapai puncak. Di puncak, orang-orang telah ramai menunggu Golden Sunrise. Ada yang telah bersiap dengan kamera beserta tripod yang mereka bawa. Namun kebanyakan orang, seperti kami, hanya bermodalkan kamera hp untuk mengabadikan Golden Sunrise.

Dari Puncak Sikunir, kerlap-kerlip lampu rumah penduduk tampak indah di bawah sana. Sementara di sebelahnya, terdapat Gunung Sindoro yang menjulang tak kalah tinggi dari Puncak Sikunir. Saat itu langit masih gelap. Bintang-bintang masih terlihat di atas sana. Di antara bintang-bintang itu ada satu bintang yang bersinar paling terang. Apakah bintang itu kamu? Maaf, saya lagi halu.

Di ujung sana, cahaya fajar mulai terlihat. Lama-lama cahaya itu seperti naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, membentuk garis pembatas yang tegas antara gelap dan terang di cakrawala.

Lalu perlahan bulatan cahaya matahari muncul dari dalam titik gelap. Kemunculannya begitu indah seperti bola api. Bersamaan dengan itu langit mulai terang. Makin terang dan makin terang. Golden Sunrise telah berakhir. Tapi dari Puncak Sikunir pemandangan alam yang terhampar begitu menakjubkan. Pengalaman yang tak akan kami lupakan.

Setelah puas berfoto ria, kami memutuskan turun. Sebelum parkiran, kami mampir ke salah satu warung untuk menikmati secangkir kopi dan gorengan. Kami berbincang-bincang. Dari warung ini, pemandangan Telaga Cebong yang dikelilingi rumah-rumah warga Desa Sembungan tampak eksotis di bawah sana.

Tak terasa satu jam kami ngobrol. Akhirnya kami bergegas untuk menuju penginapan, lalu menuju destinasi selanjutnya.     

Berikut ini foto-foto Golden Sunrise yang berhasil saya ambil










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Lereng Merapi: Aktivitas Penambang Pasir di Aliran Kali Putih

  Plang larangan menambang pasir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Selama ini lereng barat Gunung Merapi merupakan kawasan yang sering...