Pemandangan Gunung Sindoro dari Puncak Sikunir
Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi saat alarm berbunyi
membangunkan kami. Pagi itu, kami harus bergegas untuk menuju Puncak Sikunir. Jarak
menuju tempat parkir titik pendakian Puncak Sikunir tak jauh dari penginapan
kami. Paling hanya butuh lima menit mengendarai motor.
Tak butuh waktu lama bersiap, kami langsung mengeluarkan
motor dan berboncengan menuju titik pendakian itu. Tak bisa dibayangkan, betapa
dinginnya suhu udara di Desa Sembungan saat dini hari. Sampai di parkiran, saya
langsung membeli sarung tangan, sementara itu penutup kepala sudah saya bawa
dari rumah.
Sebenarnya kami hendak menunggu azan Subuh, baru kami
berangkat menuju puncak. Namun begitu tahu kalau di tengah pendakian nanti ada
musala, kami langsung berangkat dan Salat Subuh di musala itu.
Walaupun masih dini hari, namun perjalanan menuju Puncak
Sikunir masih ramai. Rupanya banyak orang yang ingin melihat langsung Golden
Sunrise dari atas sana. Kami berjalan saling mendahului. Tiap orang melangkah
dengan cara yang berbeda, begitulah bunyi lirik Lagu JKT48 berjudul “Boku No
Sakura”. Terkadang kami mendahului pendaki lain, tapi tak jarang pula kami
didahului pendaki lain. Selama perjalanan, kami tak ada saling menyapa dengan
para pendaki yang berduyun-duyun menuju puncak itu, seakan mereka saling
berlomba meraih kebahagiaan abadi.
Hari masih gelap saat kami berjalan mendaki menuju Puncak
Sikunir. Jalan setapak yang dilalui banyak orang itu tidak dilengkapi
penerangan. Walau begitu di sisi kiri jalan sudah dilengkapi pegangan tangan. Keberadaan
pegangan itu sangat memberi kemudahan orang-orang yang hendak mendaki, terutama
bagi para lansia.
Setelah mendaki sekitar setengah jam, sampailah kami di
Puncak Sikunir. Sebelumnya kami sempat mampir di musala yang ternyata tak jauh
jaraknya sebelum mencapai puncak. Di puncak, orang-orang telah ramai menunggu
Golden Sunrise. Ada yang telah bersiap dengan kamera beserta tripod yang mereka
bawa. Namun kebanyakan orang, seperti kami, hanya bermodalkan kamera hp untuk
mengabadikan Golden Sunrise.
Dari Puncak Sikunir, kerlap-kerlip lampu rumah penduduk
tampak indah di bawah sana. Sementara di sebelahnya, terdapat Gunung Sindoro
yang menjulang tak kalah tinggi dari Puncak Sikunir. Saat itu langit masih
gelap. Bintang-bintang masih terlihat di atas sana. Di antara bintang-bintang
itu ada satu bintang yang bersinar paling terang. Apakah bintang itu kamu? Maaf,
saya lagi halu.
Di ujung sana, cahaya fajar mulai terlihat. Lama-lama cahaya
itu seperti naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, membentuk garis pembatas
yang tegas antara gelap dan terang di cakrawala.
Lalu perlahan bulatan cahaya matahari muncul dari dalam
titik gelap. Kemunculannya begitu indah seperti bola api. Bersamaan dengan itu
langit mulai terang. Makin terang dan makin terang. Golden Sunrise telah berakhir.
Tapi dari Puncak Sikunir pemandangan alam yang terhampar begitu menakjubkan. Pengalaman
yang tak akan kami lupakan.
Setelah puas berfoto ria, kami memutuskan turun. Sebelum parkiran,
kami mampir ke salah satu warung untuk menikmati secangkir kopi dan gorengan. Kami
berbincang-bincang. Dari warung ini, pemandangan Telaga Cebong yang dikelilingi
rumah-rumah warga Desa Sembungan tampak eksotis di bawah sana.
Tak terasa satu jam kami ngobrol. Akhirnya kami bergegas
untuk menuju penginapan, lalu menuju destinasi selanjutnya.
Berikut ini foto-foto Golden Sunrise yang berhasil saya ambil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar